Rabu, 04 Juli 2018

Mojokerto Punya Cerita:Balai Muslimin Kota Mojokerto : Gedung Pertemuan Simbol Kerukunan.

Sebuah gedung di Jalan Taman Siswa Kota Mojokerto memiliki sejarah panjang tentang perjuangan umat Islam di Mojokerto.Bahkan,gedung yang sekarang digunakan lembaga pendidikan Muhammadiyah itu dikaitkan sebagai simbol persatuan umat Islam.Pasalnya,berdirinya bangunan itu atas usaha bersama semua organisasi Islam di Mojokerto yang berafiliasi pada majelis Islam A'la Indonesia (MIAI).Sejarawan Ayyuhannafiq menceritakan.MIAI di bentu pada tahun 1938 yang dipimpin oleh KH Hasyim Asyhari dengan anggota ferdetif dari 17 organisasi Islam,seperti Nadhratul Ulama (NU),Muhammadiyah,Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII),Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti),Al Wasliyah,serta organisasi lainnya.Sementara MIAI di Mojokerto disokong penuh oleh NU yang saat ini dinahkodai oleh KH Zainal Alim,Lingkungan Suronatan,Kelurahan/Kecamatan Magersari & KH Nawawi,Kelurahan Jagalan,Kecamatan Magersari sebagai Syuriah.Sedangkan KH Achiyat Chalimi sebagai Ketua & Sekretaris tandfiziyahnya."Bersama organisasi lainnya,mereka bersepakat membuat gedung pertemuan sendiri,"paparnya.Wajar saja,sebab pada waktu itu gedung yang representatif di Mojokerto di Mojokerto adalah Gedung Societiet Concordia milik Eschausier Concern.Gedung yang ada di timur Alun-alun tersebut sehari-harinya di pakai tempat berkumpulnya sosialita atau orang kaya di Mojokerto.Jika ada pertemuan dengan peserta berjumlah besar,maka dapat di pastikan akan menyewa Societiet Concordia."Contohnya pengurus Muhammadiyah Mojokerto sempat menyewa gedung itu ketika ada kegiatan besar diawal tahun 1930-an,"tandasnya.Menyadari tentang pentingnya fasilitas pertemuan & rapat-rapat agar tidak menyewa pada pihak lain dengan mengeluarkan biaya tinggi,maka MIAI Mojokerto membuat gedung yang di namakan Balai Muslimin.Biaya di tanggung bersama oleh semua organisasi yang ada seperti NU,Muhammadiyah & PSII."Memang hanya 3 organisasi itu yang memiliki pengurus di Mojokerto,"ungkap pria yang akrab di panggil Yuhan ini.Tidak lama setelah pembangunan selesai,Jepang datang memguasai Indonesia.MIAI sempat di bekukan sebelum kemudian di perbolehkan hidup lagi.MIAI kemudian berubah nama menjadi Marsyumi.Saat Jepang membentuk Djawa Hokokai,KH Nawawi duduk di dalamnya mewakili Marsyumi.Beberapa kegiatan sempat dilakukan di Balai Muslimin,seperti acara pembentukan atau penerimaan calon anggota PETA di Mojokerto tahun 1994."Tentu saja yang paling banyak di gelar di sana adalah kegiatan Maryumi sendiri,"tandasnya.
                                                  *Di jadikan Lembaga Pendidikan*
Setelah merdeka & Marsyumi pecah saat PSII & NU keluar,nasib Balai Muslimin menjadi terbengkalai.Karena di buat dengan modal bersama,maka tidak ada organisasi yang bisa mengaku gedung itu sebagai miliknya.Hingga kemudia di gelar Pemilu pada demokrasi terpimpin & Marsyumi dibubarkan."Kemudian NU & Muhammadiyah Mojokerto mengelola bersama Balai Muslimin,"terang Yuhan.Kemudian Persatuan Tani NU (Pertanu) yang di pimpin oleh Husein Abdul Gani,kakak Ruslan Abdul Gani juga sempat berkantor di Balai Muslimin.Ketika itu Bulog belum ada & Pertanu di percaya Pemerintah menjadi Lembaga Pengamanan pangan,".Pertanu membeli gabah hasil panen petani agar tidak di permainkan tengkulak,"urai Ketua KPU Kabupaten Mojokerto ini.Yuhan melanjutkan,pada tahun 1963,Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) Jawa Timur menggelaar kegiatan konferensi Wilayah Jawa imur di Mojokerto & bertempat di Balai Muslimin.Para peserta sempat membuat foto kegiatan seperti tampak pada gambar di bawah ini.Kemudian,sekitar tahun 1980-an tercetus b=niat membuat Rumah Sakit Islam (RSI) Mojokerto,yang meniru RS Haji di Surabaya,NU & Muhammadiyah di kumpulkan untuk mendukung gagasan itu & sekaligus membentuk panitia.Kemudian panitia segera menggalang dana & berhasil membebaskan lahan sawah di Desa Japan,Kecamatan Sooko,sayangnya setelah itu kepanitiaan mengalami kendala internal,"Karena pembangunan RSI tidak terealisasi,NU kemudian membuat rumah sakit sendiri yang di beri nama RSI Sakinah,"ulasnya.Terkait dengan tanah yang mangkrak,kemudian di sepakati untuk dihibahkan pada organisasi Islam di Mojokerto,dalam hal ini NU & Muhammadiyah,maka ada 2 aset yang kepemilikannya ada d tangan NU & Muhammadiyah,yaitu Balai Muslimin & tanah sawah di Japan yang sebelumnya di siapkan untuk pembangunan RSI.Yuhan menyebutkan,kemudian kedua aset itu di sepakati untuk dilakukan pembagian Berdasar hasil kesepakatan,Balai Muslimin di serahkan pengelolaannya kepada Muhammadiyah,sedangkan tanah di Japan di berikan untuk dikelola NU.Dan tanah tersebut kini sudah berdiri kantor PC NU Kabupaten Mojokerto.Sementara,gedung berada saling berhadapan dengan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) klas IIB Mojokerto itu tampak kukuh.Hingga saat ini,Balai Muslimin di manfaatkan sebagai lokasi sekolah & kegiatan sosial lainnya.Bentuk fisiknya tidak banyak berubah & keberadaan gedung tersebut sebagai penanda kerukunan umat Islam di Mojokerto.(Di kutip dari Radar Mojokerto,Jawa Pos,4 Juli 2018).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label : KEGIATAN