Rabu, 14 Februari 2018
Mojokerto Punya Cerita:Sejarah Berdirinya Kelenteng Di Kota Mojokerto,Diawali Kedatangan Pedagang Etnis Tionghoa.
Tahun baru China atau Imlek tahun ini jatuh pada Jumat (16/2).Sehari sebelumnya,tepatnya pada besok malam,umat Konghucu akan berduyun-duyun untuk mendatangi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) tau yang lebih di kenal dengan kelenteng untuk melaksanakan sembahyang.Hampir pada semua kota di Jawa terdapat kelenteng,tak terkecuali di Kota Mojokerto.Rumah ibadah umat Kong Hucu yang bernama Hok Sian Kiong itu berada di Jalan Panglima Sudirman,Kecamatan Magersari.Diperkirakan,bangunan itu didirikan sekitar tahun 1823.Sebuah bangunan yang pantas menjadi salah satu cagar budaya karena 5 tahun ke depan akan genap berusia 2 abad.Apabila di tilik dari waktu berdirinya,kelenteng itu tidak jauh dengan terbentuknya Kota Mojokerto pada tahun 1838.Berdirinya rumah ibadah tersebut tidak bisa lepas dari keberadaan etnis Tionghoa yang memang sudah lama ada di Kota Mojokerto.Sejumlah etnis Tionghoa itu rata-rata berprofesi sebagai pedagang bahan pokok & barang pecah belah.Mereka berdomosili di dekat pasar sebagai pusat perdagangan.Pasar utama di Kota Mojokerto pada masa lalu adalah Pasar Pelabuhan,letaknya berada tepat pada jalur yang menghubungkan dengan kelenteng,atau berada di depan rumah Dinas Walikota saat ini.Belakangan,Pasar Pelabuhan atau dulu bernama Pasar Pahing itu di pindah setelah Gemeente Mojokerto menbangun Pasar Anyar atau Pasar Tanjung Anyar di sebelah timur kelenteng.Pak Yuhan,menceritakan,sebutan kelenteng sebagai rumah ibadah umat Konghucu itu berubah nama menjadi TTTD pada masa orde baru.Pada lokasi TTTD terdapat sarana ibadah bagi umat Konghucu,Tao & Buddha.Perubahan itu di lakukan karena agam Konghucu & Tao belum diakui pemerintah pada saat itu.Penggabungan itu didasarkan pada simplikasi,bahwa mayoritas penganut ketiga ketiga agma itu berasal dari etnis China.Keberadaan vihara Buddha sebenarnya telah ada di Jalan Majapahit.Di lokasi yang sama dengan kelenteng juga diddirikan vihara pada tahun 1995.Naman Hok Sian Kiong berarti tempat ibadah atau istana (Kiong) yang memberi kesejahteraan (Kia) & Kemujuran (Hokki).Dengan begitu,diyakini bahwa para jemaah kelenteng akan mendapat kesejahteraan & kemujuran dalam kehidupannya.Kelenteng tersebut menghadap ke utara tepat mengarah ke Sungai Brantas yang mengalir sekitar 500 meter di sebelah utaranya.Pilihan letak pintu masuk ke sungai atau air itu tampaknya terkait dengan Dewa yang di hormati di kelenteng.Secara khusus,umat Konghucu ini memuja Dewi Mak Co atau Dewi Air sebagai pelindung.Dewi Mak Co dianggap sebagai pembawa rezeki.Sebuah patung Dewi Mak Co di tempatkan dalam Kelenteng Hok Sian koing.oleh karena itu,kelenteng langsung menghadap ke air sungai Brantas,pilihan yang didasarkan pada kepercayaan Hongsui.Kendati demikian,ada juga pendapat lain tentang kelenteng yang menghadap ke utara tersebut.Arah utara dituju karena mengarah ke negeri China,tanah asal dari ajaran Konghucu.Pemilihan arah yang kira-kira sama dengan masjid tempat ibadah bagi umat Islam yang menghadap ke Kakbah di Mekkah,Arab Saudi.Dengan begitu.kelenteng Hok Sian Kiong menghadap ke China sebagai kiblatnya.Kepercayaan akan kekuatan alam yang membuat umat konghucu menghadapkan pada sungai Brantas,sama seperti penguasa Jawa yang meyakini kekuatan gunung.Sehingga,keraton Jawa biasa menghadap ke gunung yang berada di dekatnya.(DI kutip dari Radar Mojokerto,14 February 2018).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar