JENEWA,SWISS,Ingin berkontribusi terhadap upaya pencegahan pemanasan global?Kurangi konsumsi daging dan tambah sayuran.Hal tersebut diungkapkan oleh lembaga PBB Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).Informasi yang lazim di masyarakat soal upaya melawan pemanasan global adalah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan limbah plastik.Namun,107 peneliti IPCC menyimpulkan bahwa upaya menekan emisi gas rumah kaca dimulai dari urusan perut.Semakin banyak manusia yang mengonsumsi daging merah,semakin cepat pula panas bumi melewati batasan Kesepakatan Paris."Kami tidak menyuruh semua orang berhenti mengonsumsi daging.Tapi,sudah jelas bahwa masyarakat di (negara-negara-Red) barat makan daging terlalu banyak,"ujar Pete Smith,pakar lingkungan hidup dari Aberdeen University,kepada BBC.Menurut Food & Agriculture Organization/FAO,daging memang salah satu produk pangan dengan emisi terbesar.Per kilogram daging sapi,misalnya,bisa menghasilkan 26,5 kiogram gas emisi.Faktor penyebabnya terbanyak,antara lain ;
- Kotoran ternak
- Produksi pangan sapi
- Distribusi daging
Penggunaan lahan jadi yang paling mengkhawatirkan.Semakin banyak permintaan,lahan pertanian & peternakan bakal semakin luas.Padahal,hutan,tumbuhan,& tanah subur menyimpan setidaknya 1/3 dari total emisi buatan manusia."Itu adalah perpaduan bencana yang pas.Lahan makin terkurangi makin bertambah,dibungkus dengan selimut iklim yang terus memanas,"tutur Dave Reay,profesor manajemen karbon Universitas Eidenburgh.Menurut Kesepakatan Paris,seharusnya pemanasan global tak melebihi 15 derajat Celcius.Namun,jika permasalahan emisi akibat industri pangan itu tak diatasi,target tersebut makin sulit tercapai.Akibatnya,justru ketersediaan pangan bakal terganggu.Ingat,perubahan iklim juga mengakibatkan cuaca ekstrem seperti badai & kemarau panjang.Kalau cuaca semakin tak menentu,hasil pertanian juga berkurang."daratan adalah tempat kita tinggal.Mereka adalah solusi ( dari perubahan iklim-red),tapi tak bisa apa-apa tanpa campur tangan manusia."ujar Lee Hoesung,salah satu pemimpin IPCC.(di kutip dari Jawa Pos,Internasional,9 Agustus 2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar