Selasa, 09 April 2019

Diet,Olahraga,& Operasi Untuk Atasi Obesitas/Kegemukan.Pakai Alarm Ukuran Celana

Badan gemuk dianggap kurang menarik.Tak heran,perempuan berlomba-lomba menguruskan badan.Sayang,motivasi untuk menguruskan badan kerap masih salah.Bukannya berat badan ideal,& langsing yang diperoleh,tapi malah sakit.Beraneka tips diet diikuti & diterapkan begitu saja oleh para perempuan.Sebagian bukan saran yang teruji secara medis atau dari dokter ahli gizi yang benar."banyak yang jatuh sakit karena dietnya tidak benar atau tanpa saran dokter.Herbal pun belum tahu isi obatnya apa,"ungkap dr.David Fadjar Putra SpGK dari RS Pondok Indah,Jakarta.Spesialis gizi klinik itu menjelaskan,menjaga berat badan hendaknya bukan untuk penampilan.Tapi demi sehat.Sebab,seseorang yang indeks massa tubuh/IMT-nya tergolong obesitas akan menerima resiko gangguan kesehatan lebih besar.Menurut Riset Kesehatan Dasar/Riskesdes Kementerian Kesehatan,orang yang tergolong obesitas jika IMT-nya melebihi 27.Resikonya pada perempuan,menurut David,selain Diabetes Mellitus,ada peluang infertilitas.Sebab,terjadi perubahan hormonal dalam tubuh.Kualitas ovum pun terganggu.Ada pula resiko polycystic ovary syndrome/PCOS.Perempuan dengan sindrome tersebut memproduksi hormon memproduksi hormon pria seperti testoteron lebih banyak.Dampaknya,siklus haid terganggu,perempuan jadi sulit hamil."Kalau berat badannya turun,ada kemungkinan ovarium akan membaik,"lanjutnya.Daid menambahkan,perempuan lebih beresiko mengalami obesitas dibandingkan dengan laki-laki.Menurut data Riskesdes Kemenkes 2013,kecenderunan obesitas pada perempuan mencapai 32,9% lebih tinggi daripada laki-laki yang kecenderungannnya hanya 19,7%."Memang benar karena massa otot perempuan lebih kecil sehingga lebih mudah obesitas,"katanya.David menjelaskan,banyak kasus diet yoyo.Alias berat badan naik kembali setelah sempat turun signifikan."karena setelah diet,kemudian ada momen mereka makan banyak lagi.Misalnya,tahun baru atau Lebaran,"uturnya.Ketika berwisata oun,hal yang dicari biasanya kuliner,meski tidak lapar.Satu lagi,kebiasaan minum minuman manis."Apa-pa yang harus dikasih gula,jadi kalorinya banyak sekali & memicu diabetes,"sambungnya.Davisd menyarankan,tak perlu tunggu sampai benar-benar gemuk untuk berdiet.Ukuran celana bertambah besar satu nomor sudah harus ,menjadi motivasi untuk mengendalikan berat badan."Olahraga seperti fat burning atau moderate exercise seperti sepeda statis,renang,atau jalan cepat bisa membantu,"ujarnya.Jika sudah obesitas tingkat lanjut,ada pilihan prosedur bedah bariatrik.Operasi tersebut disarankan untuk yang berat badannya ekstrem.Sebab,pengurangan sangat signifikan.Misalnya,langsung 10 kilogram.Di RS Pondok Indah,David pernah menangani pasien dengan berat badan 238 kilogram.Dia menjalani bedah bariatrik.Sampai sekarang,berat badannya sudah berkurang 36 kilogram.Tindakan itu ditangani DR.dr.Peter Ian Limas SpB-KBD dari rumah sakit tersebut.Pakar bedah digesif itu menjelaskan,ada 3 jenis bedah bariatrik yakni :
1.Sleeve gastrectomy (pemotongan lambung hinnga 85%)
2.Bypass lambung
3.Ikat lambung.
"Tindakan tersebut dilakukan kalau pasien sudah dikatagorikan sebagai obesitas morbid & memiliki IMT yang tinggi,"ungkapnya.Metodenya dengan mengubah organ lambung.Harapannya,setelah itu hasilnya dapat memengaruhi pola makan pasien.Kelompok obesitas sedang bisa menjalani bedah tersebut."Tapi,yang punya resiko tinggi terhadap penyakit Diabetes & Hipertensi,"terangnya.Bedah baliatrik bakal banyak membatu,tetapi hanya sebagai pendukung.Menjaga pola hidup sehat,tegas dia,merupakan kunci utama kesuksesan tindakan itu.

================ Obesitas Pada Perempuan Di Pengaruhi ====================
* Makanan & minuman manis
* Massa otot cenderung lebih rendah
* Pendapatan ( yang tinggi lebih bersesiko )
* Tempat tinggal ( perkotaan lebih beresiko )
*  Tingkat aktifitas ( ringan lebih beresiko )
* Pendidikan ( lebih rendah lebih beresiko ).
(Di kutip dari Jawa Pos,Health,9 April 2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label : KEGIATAN