Minggu, 05 Agustus 2018
Mengintip Kampung Lawas di Kota Mojokerto,Berjejer Hunian Era Kolonial Jendela Tergores Montir.
Kota Mojokerto tumbuh menjadi kota maju,Area bisnis,perniagaan,industri hingga area pendidikan kian berkembang.Dibalik itu,kawasan kota juga memiliki area masa lampau yang memiliki sejarah khas tersendiri.Kawasan tempo dulu itu ditandai lanskap unik sejumlah kampung.Kebanyakan huniannya menggunakan arsitektur zaman kolonial,itu ditandai dengan bentuk atap yang khas & posisinya yang tinggi.Hal itu gampang ditemui disejumlah kawasan,taruhlah seperti kampung Kradenan,Kauman,Sidomulyo,Sentanan,Hingga Cakarayam.Di area kampung itu,masih banyak berdiri bangunan beraksitektur kolonial,bangunannya khas.Berbeda jauh dengan hunian zaman now yang serba minimalis.Seperti dikawasan Cakarayam, rumah bergaya kolonial ini tampak cantik,itu karena dirawat betul Temboknya dicat putih tulang.Kusen,pintu & jendela dicat biru muda.Kesan kuno semakin menonjol.Atap hunian bergaya kuno itu juga jauh lebih tinggi.Memang bentuk limasan,namun ruang antara atap dengan plafon terbilang luas karena atp bangunan yang menjulang tinggi."Salah satu ciri zaman banguan kolonial itu atapnya tinggi,"ungkap Natalia Firdawati,Ketua Harritage Community (MHC),Komunitas yang konsen terhadap bangunan tua.Bentuk atap yang tinggi itu bukannya tanpa sebab.Para arsitek Belanda mengembangkan atap ini jenis limasan dalam konsep arsitektur Jawa.dibuat jauh lebih tinggi karena ingin menghasilkan bangunan yang lebih sejuk."Atap yang lebih tinggi,genting tanah,lalu wuwung lebar bisa meredam panas kalau siang"sambung dia.Rumah dengan bangunan bergaya kolonial itu banyak bertembaran di kampung Kota Mojokerto.Memang tidak sedikit di antaranya yang dipugar hingga dihancurkan total oleh pemiliknya.Namun,yang tersisa masih banyak."Bahkan di kampung-kampung yang sempit masih banyak.Ini sebenarnya menarik sekali"ujar bu Nathalia.Dirinya bersama komunitasnya kerap menjelajahi kampung dengan hiasan bangunan kuno tersebut.Banyak yang dikuasai anak turun pemiliknya.Bahkan,masih ada yang dipertahankan karena dianggap warisan leluhur yang wajib dijaga betul."Kebetulan komunitas kami tetap mendokumentasikan,karena itu tergolong herritagel,"cetusnya.Nilai sejarah dari bangunan kuno terbilang tinggi.dari situ,dapat diketahui pola pikir orang di zaman itu,kemudian bagaimana manusia zaman itu mengembangkan keilmuannya,termasuk dapat belajar tentang kearifan leluhur."Dulu masih belum ada AC (air Conditioner) jadi bangunannya dibuat sedemikian rupa sehingga ketika didalamnya terasa adem,"tukas dia.Sepert di daerah Kauman,jika ditelusiri dengan berjalan kaki,dibalik Alun-alun kota Mojokerto sisi utara bisa ditemukan bangunan kuno.Kampung tersebut banyak berdiri rumah beraksitektur tahun 1920-1930 an.Warga setempat ada yang merawat betul bangunan tersebut,tapi ada pula yang sudah mengubah dengan gaya minimalis kekinian.Menurut MHC,bangunan lawas yang berada dikampung-kampung itu memiliki potensi tinggi.jika melihat daerah lain seperti Surabaya & Malang,kampung berjenis demikian sudah dikembangkan menjadi salah satu destinasi wisata.Kampung-kampung dengan gaya Indisch Empire itu dirawat betul,diberi tanda penunjuk arah bahkan ada yang dibuka untuk umum agar bisa di ketahui publik."Di Surabaya ada kampung Lawas Maspati.Itu sudah jadi kampung wisata yang menarik,kalau di kota Mojokerto kampung seperti itu dikemas wisata akan menarik,"tukas Natalia.Bangunan gaya Indische sebenarnya memiliki sejarah tersendiri.Menurut perkiraan,bangunan jenis itu dibangun mulai tahun 1870-1930.dimana tentang waktu itu tanda kolonialisme bermukim di Nusantara.Dalam perkembangannya,bangunan-bangunan itu akhirnya menyimpan sejarah tersendiri,seperti salah satu rumah di Kradenan.Rumah yang masih dihuni anak turun pemiliknya itu memiliki jendela berupa kayu,pada salah satu sudut jendela itu terdapat goresan yang khas."Menurut penuturan penghuni,goresan itu merupakan bekas mortir yang terlontar ketika zaman Perang Dunia II,"sebut Natalia.Bangunan yang berbicara seperti itu,menurut dia memiliki nilai sejarah lantaran menjadi saksi zaman.Saat itu,peperangan,pergantian kekuasaan hingga dinamika lain dimasyarakat terekam dalam bangunan kuno.Natalia menambahkan,area itu menjadi area potensial bagi wisata sejarah,paling tidak setelah dikemas dapat menjadi area yang layak dikunjungi masyarakat luas."Orang-orang cukup free walk (berjalan-jalan kaki) di area itu sambil emenikmati banguan kota sedang warga setempat bisa memanfaatkannya dari sisi ekonomi,"tambah dia.(Di kutip dari Radar Mojokerto,4 Agustus 2018).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar