Kamis, 15 Agustus 2019

MOJOKERTO PUNYA CERITA:PERINGATAN KEMERDEKAAN MASA REVOLUSI DI KOTA MOJOKERTO.

Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,wilayah Republik masih belum sepenuhnya terbebas dari cengkeraman Belanda,sebab,setelah pasukan Jepang angkat kaki,pasukan kolonial yang dibantu sekutu kembali menduduki beberapa kota besar di Tanah Air.Salah satu daerah yang kembali ke tangan Belanda adalah Kota Mojokerto.Jatuhnya Kota Mojokerto ditandai dengan berkibarnya kembali bendera 3 warna oleh Netherlands-Indie Ceviele Administration/NICA pada tanggal 17 Maret 1747 di Alun-alun Mojokerto.Sejak saat itu,masyarakat tidak bisa lagi memperingati Hari Besar Nasional.Termasuk menggelar upacara kemerdekaan Republik Indonesia.Keberadaan bendera Merah-Putih nyaris tak terlihat di tiap sudut kota.Tentara kolonial melakukan penjagaan ketat wilayahnya dari penyusup.Sejarawan Ayyuhannafiq menjelaskan,periode 1947-1949 Kota Mojokerto menjadi wilayah yang cukup tengan dibawah komando Belanda.Hampir tidak ada lagi pertempuran yang meletup antara serdadu kolonial & pejuang.Namun,situasi berubah menjadi genting ketika menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan pada bulan Agustus 1949.Menurutnya,saat itu Belanda mendengar bahwa masyarakat akan ada gerakan yang akan memperingati Hari Kemerdekaan yang ke-4 itu."Pada bulan Agustus 1949 itu bertepatan dengan disetujuinya perjanjian gencatan senjata,"terangnya.Dia menjelaskan,dalam perjanjian penghentian tembak-menembak itu disebutkan bahwa Belanda & Republik Indonesia akan kembali pada garis batas masing-masing.Setelah perjanjian Linggarjati yang ditandatangani 25 Maret 1947,sebagian besar wilayah Mojokerto menjadi wilayah kekuasaan Belanda.Sehingga,ditetapkan garis batas wilayah antara kekuasaan Republik dengan Belanda membentang dari Dinoyo hingga Trowulan.Bahkan berlanjut sampai wilayah Kabupaten Jombang di Sumobito,Kesamben,Keboan,hingga ke arah utara.Tapal batas garis itu di sebut status quo yang dikenal sebagai garis Van Mook.Pak Yuhan menuturkan pejuang kemudian mundur di belakang garis Trowulan-Sumobito.Sementara Belanda pada sisi garis arah sebaliknya.Pada 11 Agustus penghentian gencatan senjata diumumkan."Tapi tiba-tiba banyak pejuang masuk ke wilayah kota dengan senjata"terangnya.Beruntung peristiwa itu tidak sampai memicu pertumpahan darah.Untuk menghindari bentrokan,dilakukan perundingan antara Belanda dan Republik.Hasilnya pejuang bersedia kembali mundur dari wilayah Kota Mojokerto.Meski demikian,mereka enggan terlalu jauh dari perbatasan.Yuhan menyebutkan,para pejuang akhirnya mengibarkan bendera merah putih di luar kota.Sementara di dalam kota pasukan Belanda tetap siaga dengan melakukan penjagaan ketat.Terutama di daerah dan fasilitas penting.Di antaranya dengan mendirikan pos penjagaan dari tumpukan karung pasir di dekat stasiun,jembatan,hingga jalan utama menuju kota.Dia menyebutkan,mencekamnya suasana kala itu karena Belanda mendengar kabar bahwa pejuang akan berusaha merangsek ke dalam kota untuk menggelar peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Praktis,kabar itu membuat Belanda pasang badan.Bahkan,pada 13 Agustus,tentara kolonial melakukan razia besar-besaran untuk mencari tentara Republik di penjuru Kota Mojokerto.Setidaknya,dari hasil penyisiran di kampung-kampung itu terdapat 60 orang yang diamankan."Mereka diamankan sementara karena diduga sebagai pejuang yang menyusup ke dalam kota"tandas Pak Yuhan.Akibat ketatnya penjagaan,bendera merah putih akhirnya gagal dikibarkan di dalam kota.Para Pejuang Republik mengurungkan rencana menggelar upacara peringatan ke-4 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
=========== Perjuangan Memperingati Kemerdekaan R.I ===========
<. 1947 Belanda kembali menduduki Kota Mojokerto
<   Termasuk menguasai sebagian besar wilayah di Kabupaten Mojokerto
<  Ditetapkan batas status quo atau garis van mook
<  Tapal garis itu memisahlan antara wilayah Ri & Beanda
<  Di Mojokerto,terbentang mulai Dinoyo & Trowulan
<  Di Jombang,melintasi Sumobito,Kesamben,Ngusikan,hingga wilayah utara
<  Jelang peringatan Kemerdekaan R.I tahun 1949,situasi mulai memanas
<  Pejuang berupaya masuk kota untuk menggelar upacara Kemerdekaan RI yang ke-4
<  Belanda menjaga ketat agar tidak disusupi pejuang
<  Bahkan melakukan razia hingga menyisir ke perkampungan
<  Pemerintah Republik & pejuang akhirnya mengibarkan bendera di sepanjang perbatasan
<  Para pejuang terus meneror & mengepung di wilayah Kota Mojokerto
<  Pada 20 Desember 1949,Belanda kian terdesak & mengakui kemerdekaan R.I
(Di kutip dari Head Line Radar Mojokerto,Jawa Pos,15 Agustus 2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label : KEGIATAN