Kamis, 16 Mei 2019

MOJOKERTO PUNYA CERITA:TRADISI MENYALAKAN BLANGGUR SAAT RAMADAN,SUARA LEDAKAN JADI ACUAN WAKTU BERBUKA PUASA.

Sekarang masyarakat bisa dengan mudah mengetahui tibanya waktu Magrib.Tidak hanya mengacu pada tenggelamnya matahari,tetapi banyak sumber referensi lain yang bisa menjadi tolak ukur.Khususnya pada momentum bulan Ramadan seperti saat ini.Waktu berbuka sangat mudah diperoleh dari alat penunjuk waktu.Suara azan di musala-musala,hingga gadget sekalipun.Namun,bagi masyarakat Mojokerto pada masa lalu dilakukan dengan menanti suara dari petasan besar atau disebut blanggur.Dentuman ledakan itu menjadi tanda berbuka puasa.
Blanggur (petasan) pada umumnya dinyalakan di masjid-masjid besar.Tentunya yang populer di Mojokerto adalah blanggur yang dinyalakan di Masjid Agung Al-Fattah Kota Mojokerto.Maka tak heran jika menginjak bulan Ramadan,area sekitar dijadikan jujukan warga sebagai ngabuburit.Mustari Sugiono 59,warga Lingkungan Kradenan,Kelurahan Kauman,Kota Mojokerto,masih ingat betul tentang tradisi menanti suara blanggur saat Ramadan.Dia mengaku tidak mengetahui pasti sejak kapan mulai diterapkan di Masjid Agung Al-Fattah.Dia menceritakan,semasa umur belasan tahun atau SD dirinya masih sering melihat pengurus Masjid Agung menyalakan blanggur."Dulu awalnya dinyalakan di dekat menara masjid.Ada tempat khusus untuk menyalakan blanggur,"ujarnya.Sejak sore hari,area di sekitar alun-alun sudah dipadati warga.Mulai anak-anak,muda,hingga tua,ingin menyaksikan dentuman blanggur.Tidak hanya warga kota onde-onde,tetapi juga datang dari warga Kabupaten Mojokerto.Tak heran jika blanggur mampu menyedot antusiasme yang tinggi warga.Pasalnya,pada era 1050-an,suara ledakan blanggur mampu terdengar hingga wilayah Kabupaten Mojokerto,sehingga warga yang penasaran pun ingin menyaksikan secara langsung."hanya dinyalakan saat bulan puasa saja,karena sebagai tanda berbuka,"terangnya.Mustari menjelaskan,blanggur merupakan sejenis peledak yang mirip dengan petasan berkuran besar.Di dalamnya terdapat semacam bubuk mesiu yang mampu menghasilkan ledakan dengan suara yang cukup menggelegar.Cara menyalakannya pun cukup unik.Karena diledakkan seperti menyalakan meriam."Ukurannya sebesar kendil & ada sumbu diatasnya,"ujarnya.Blanggur kemudian di masukkan kedalam tabung berbentuk pipa besar yang ditancapkan dalam tanah.Tabung terbuat dari besi itu berfungsi untuk melontarkan blanggur.Mustari menyatakan,saat sumbu dinyalakan,blanggur diarahkan dengan tegak lurus 90 derajat ke udara."Blaguur meledak saat terlempar ke atas,"paparnya.Dia menyatakan,orang yang menyalakannya pun tidak sembarangan.Saat itu,hanya ada satu orang yang ditunjuk pengurus masjid untuk dipercaya sebagai algojo blanggur.Hal itu tak lepas karena potensi bahaya yang bisa  terjadi jika terjadi kesalahan.Seperti yang pernah terjadi pada kisaran tahun 1960-an.Kala itu blanggur gagal meledak di atas & justru meledak saat jatuh kebawah.Walhasil,dengan daya ledak yang cukup tinggi itu mampu menghancurkan rumah penjaga Masjid Al-Fattah."Setelah peristiwa itu blanggur dianggap berbahaya,sehingga tempatnya dipindah untuk dinyalakan di alun-alun,"tandasnya.Namun,tradisi itu tidak berlangsung lama.pada dekade 70-80-an,blanggur sudah tidak lagi dijadikan sebagai penanda waktu berbuka puasa.Itu seiring mulai munculnya musala.Sehingga suara azan sudah dengan mudah didengar oleh masyarakat.(Dikutip Radar Mojokerto,16 Mei 2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label : KEGIATAN