Diakui atau tidak,Internet telah membawa perubahan besar bagi seluruh aspek kehidupan masyarakat modern.Hubungan sosial,perilaku politik,model bisnis,hingga praktik jurnalisme saat ini sudah jauh berbeda & memiliki kekhasan digital dibandingkan dengan kondisi pada era 2000 an.data Kementerian komunikasi menyebutkan bahwa hingga bulan September 2017,jumlah Internet di Indonesia mencapai 133 juta jiwa,hampir separoh dari jumlah penduduk Indonesia.dari jumlah tersebut,115 juta penduduk adalah pengguna aktif media sosial.Sementara,jumlah kepemilikan simcard di Indonesia mencapaai 371 juta buah,70% lebih banyak dari jumlah penduduk di Indonesia.Merujuk pada data di atas,dapat di simpulkan bahwa media siber ( media online) merupakan masa depan bagi perkembangan media di Indonesia,ini tentu beralasan mengingat kebutuhan manusia semakin hari semakin cepat,sehingga harus di dukung oleh penyebaran informasi yang cepat pula,& media online adalah salah satu media yang bisa menjawab kebutuhan tersebut.Buku berjudul Jurnalisme On Line karangan Engelbertus Wendratama ini mencoba mengusung konsep baru pengembangan media on line tanah air,di dalamnya banyak mengurai seputar trik dalam menggeluti media siber,mulai dari proses penataan kelembagaan,pentiapan Sumber Daya Manusia (SDM),hingga penyediaan pada konten berita yang di minati oleh pembaca,semua di ulas dengan bahasa tutur yang renyah & mudah sekali di pahami oleh pembaca.Dalam konteks penulisan berita di media On Line,buku ini menegaskan bahwa ada banyak sisi perbedaan yang harus di pahami dalam proses penulisannya,salah satunya adalah keringkasan penulisan di banding media cetak,ini tentu butuh keahlian luar biasa karena jurnalis media digital harus merekam seluruh peristiwa yang terjadi skaligus menyampaikan pesannya dengan sempurna,namun dengan muatan teks yang terbatas.Disinilah,menurut penulis di butuhkan kecakapan jurnalistik multi media.Secara umum,penulisan teks media daring harus lebih singkat dari pada media cetak,tetapi lebih panjang dari pada radio & televisi.Di sini,menulis secara efisien menjadi lebih penting.Semakin lama,bahasa media daring menjadi semakin informal tetapi tetap baik & efisien.(Hal 7)Proses mengembangkan medi siber tentu harus di mulai dari pembangunan mutu berita yang di sajikan,sehingga hal itu menjadi daya tarik khalayak daring,perlu SDM yang betul-betul memahami kaedah penulisan di media daring itu sendiri,standarisasi penulisan berita di media on line tersebut banya di ulas dalam buku terbitan B-First ini,semua di sajikan untuk menjadi bekal pengembangan jurnalis yang bergelut di media digital.Gaya menulis media daring berada diantara tulisan media cetak & penyiaran.Gaya daring lebih padat & langsung daripada cetak,tetapi lebih lengkap & detail dari pada penulissan untuk radio & televisi.Yang kita bahas ini "resep"umum karena gaya teks theguardian.com yang seperti cetak dengan kualitas jurnalisme multi media sangat tinggi juga terbukti di minati khalayak Internasional secara luas (hal.78-79).Yang menjadi pembeda dari media on line juga adalah kecepatan dalam penyajian peristiwa,hampir bisa di pastikan bahwa media siber bisa menyajikan lebih cdepat beragam peristiwa di banding media penyiranan apalagi media cetak.Namun demikian,kecepatan penyajian setiap media on line tentu beragam,sesuai dengan aturan main yang ada di masing-masing perusahaan pers tersebut.Jurnalis harus bekerja lebih cepat,meskipun kecepatan bukanlah segalanya.Ada media daring yang menerbitkan cerita setiap 10 menit,ada juga media daring internasional yang sehari menerbitkan rata-rata 15 cerita.Ini tergantung target khalayak & kebijakan tiap redaksi.(Hal 7-8).Hadirnya buku ini setidaknya bisa menjadi pijakan awal bagi para pegiat media on line untuk membangun & mengembangkannya sehingga keberadaan media iber tersebut betul-betul bisa menjawab kebutuhan era digital seperti saat sekarang ini,agar internet bisa di manfaatkan dengan baik oleh masyarakat modern.(Oleh ; Ahmad Wiyono,Di kutip dari Radar Mojokerto,selasar,11 Maret 2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar