Kamis, 23 November 2017
Daerah Rawa Yang Disulap Jadi Kota Mojokerto:Empat Kanal Jadi Kunci Pengering Air.
Sebelum menjadi sebuah kota,kawasan kota Mojokerto dulu merupakan sebuah daerah berawa.Hampir setiap tahun tanahnya selalu di genangi air.Pantas saja,karena saat miusim penghujan posisi tanah di kota Mojokerto lebih rendah dibanding dengan permukaan air di sungai Brantas.Namun,sekitar abad ke-19 penjajah kolonial Belanda membuat strategi untuk mengeringkan kota.Adalah 4 sungai yang melintang sepanjang williamstraat atau sekarang di namakan Jalan Gajah Mada itu merupakan kunci untuk membendung kota Onde-onde agar tidak tergenang air.Ke-4 aliran aair itu merupakan sungai buatan atau kanal yang di buat Belanda.Selain sungai buatan itu,penyelamat kota dari ancaman banjir juga ada pada tanggul di barat dan utara kota.4 kanal tersebut berada di bawah jembatan sepanjang jalan Gajah Mada.Jembatan-jembatan itu berada di Cikaran,tak jauh dari Ajenrem 082/CPYD Mojokerto,kemudian di simpang 4 jalan Pemuda,lalu di simpang 4 jalan Empunala,dan terakhir di ujung utara jalan Bhayangkara.Kanal pertama dinamakan sebagai Kanal Sinoman 1,kemudian kanal kedua di sebut kanal Tembakan,ketiga adalah kanal Jagalan,dan terakhir di sebut kanal Sinoman 2.Sebagaimana di ketahui,permukaan tanah kota Mojokerto letaknya lebih rendah di banding dengan permukaan sungai Brantas.Posisi itu sudah terjadi sejak dulu.Sebab,kota Mojokerto merupakan tanah yang berawa sehingga hampir tidak pernah kering.Air rawa itu berasal dari luapan dan rembesan air dari sungai yang berasal dari barat kota.Maka dari itu dibuatlah strategi untuk mengeringkannya.hingga akhirnya terbentuklah strategi inundasi atau pengeringan air.Secara umum,upaya itu dilakukan dengan cara penanggulangan di sepanjang sungai Brangkal dan sungai Brantas.Tujuannya,tak lain untuk membatasi agar air sungai tidak bisa masuk ke rawa yang hendak di sulap jadi kota.Tak hanya itu,pembangunan juga di lanjutkan dengan membuat saluran pembuangan untuk mengeringkan rawa.Kanal Sinoman 1 dan kanal Tembakan berfungsi mengalirkan air ke arah timur.Kedua saluran itu kemudian bertemu di desa Kepuh Anyar,Kecamatan Mojoanyar,Kabupaten Mojokerto.Di lokasi itulah aliran air kemudian di buang ke sungai Porong yang tidak jauh dari Dam Lengkong.Lain halnya dengan kanal Jagalan aliran air terus dialirkan ke timur hingga bertemu aliran sungai Sadar di desa Jumeneng,Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto.Meski demikian,saat musim penghujan sungai Sadar juaga menampung air dari Kanal Sinoman 1 dan Tembakan.Sebab,saat permukaan air di sungai Porong meninggi,maka pintu air Kepuh Anyar akan di tutup dan aliran kedua kanal di buang ke sungai Sadar.Sedangkan pada kanal Sinoman 2,mengalirkan air di sepanjang jalan Bhayangkara yang dulunya bernama Stasiunstaart.Aliran menuju ke arah timur dan bersatu dengan sungai Sadar di dusun Pasinan,Desa Jabon,Kecamatan Mojoanyar,Kabupaten Mojokerto.Dengan demikian,sungai Sadar memiliki peran penting atas inundasi di kota Mojokerto.(Di kutip dari Radar Mojokerto,22 November 2017).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar