Selain harus memiliki badan yang sehat,setiap individu juga mesti punya kesehatan mental yang kuat agar daya tahan tubuh/imunitas tidak turun selama masa pandemi.Nyatanya,saat pandemi melanda,banyak orang yang merasa bebannya bertambah.Tidak bisa dimungkiri,Covid-19 memang telah memorakporandakan banyak hal.Di Indonesia,banyak pengusaha yang gulung tikar,pengangguran meningkat,& anak-anak sekolah harus bergelut dengan berat.Selain itu,banyak tempat hiburan yang tutup seperti bioskop,taman bermain anak,membuat masyarakat tidak bisa bersenang-senang.Akibatnya,banyak masyarakat yang stres."Banyak pasien saya yang tangani selama pandemi ini mengalami gejala psikosomatis.Beberapa mengaku susah tidur & kecemasan yang berlebihan.Takut tertular korona,takut usahanya bangkrut & lainnya,"ujar owner Dika Holistic Care Pradika Wati P.Secara harfiah,psikosomatis diartikan sebagai penyakit yang melibatkan pikiran/phsyche,& tubuh/shoma.Dalam hal ini,pikiran ternyata memiliki keterkaitan atau membuat penyakit seseorang bertambah parah."Sering kali ada yang merasa sakit fisik,lalu melakukan pemeriksaan ke dokter & dokter tidak menemukan sumber penyakitnya.Biasanya,itu muncul saat orang tersebut merasa cemas,takut,sedih & marah.Itu sangat mungkin gangguan psikosomatis,"ungkap profesional hypnotherapist ini.Dia menjelaskan,kekebalan tubuh dipengaruhi hormon-hormon yang kebanyakan dproduksi dari otak.Ketika mengalami stres,hormon yang dihasilkan otak akan sedikit kacau sehingga sedikit banyak memengaruhi sistem kekebalan tubuh."Itulah kenapa jika orang sedang stres mudah terserang penyakit ringan.Ketika kita gembira,hormon di otak pun akan terpengaruh dalam arti positif.Makanya kondisi pikiran sedikit banyak akan mempengaruhi kekebalan tubuh kita"tambahnya.Tidak heran,sering kali ada pasien yang sakit-sakitan,merasakan leher kaku dan kepala pusing dan sudah bergonta-ganti dokter tiba-tiba sembuh dengan sendirinya setelah pikirannya rileks."Biasanya tiba-tiba sembuh ketika harapan hidup orang tersebut sangat tinggi,lebih gembira dan berpikir positif"sebutnya.
TARIK DAN ATUR NAFAS AGAR LEBIH TENANG.
Jika dilihat dari sisi psikologi psikosomatis merupakan kondisi yang mengakibatkan pengidapnya merasa sakit atau mengalami gangguan fungsi tubuh.Namun,saat dilakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang lain,tidak ada keanehan yang terjadi dalam tubuh.Anggota Ikatan Psikolog Klinis & Halodoc Emeldah mengatakan bahwa gejala psikosomatis dapat berubah-ubah,bergantung pada psikologis seseorang.Beberapa gejala yang sering dirasakan adalah jantung berdebar,sesak nafas,lemas,nyeri ulu hati,tidak nafsu makan,susah tidur,nyeri kepala,nyeri seluruh tubuh,demam,batuk dan pilek."misalnya pergi ke dokter karena sesak nafas,padahal sesaknya itu karena sedang cemas."ujar Emelda di Media Center Satuan Tugas Penanganan Covid-19.Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta.Salah satu cara untuk meredam psikosomatis adalah dengan mengatur nafas untuk relaksasi dan membiasakan hal itu secara rutin untuk mengurangi stres.Kemudian,jauhi stres dengan melakukan kegiatan yang rileks,seperti menjalankan hobi dan mencoba hal baru di luar kegiatan rutin sehari-hari bersama keluarga."Tarik dan atur nafas untuk relaksasi karena itu bisa membuat lebih tenang"tambahnya.
ANAK JUGA BISA STRES
Stres pada masa pandemi Covid-19 tidak hanya milik mereka yang bekerja.Peserta didik ternyata juga rentan depresi selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).Belum lagi,aspek psikososial lain yang muncul bersaman di tengah pandemi.Pada diri anak juga bisa timbul di rumah,khawatir tertinggal pelajaran,timbul perasaan tidak aman,merasa takut terkena penyakit,merindukan teman-teman dan khawatir tentang penghasilan orang tua.Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (PSGI) Retno Listyarti mengatakan,dalam situasi ini,orang tua bisa menjadi penguat sekaligus sumber masalah bagi anak-anaknya.Paling sering,misalnya kekerasan verbal karena tidak memiliki kesabaran mendampingi anak belajar.Belum lagi hukuman dan sanksi yang diberikan jika anak tidak tertib saat mengikuti PJJ.Di sisi lain,orang tua menganggap hal itu bisa memantik semangat anak menjadi lebih baik."Padahal justru sebaliknya.Itu menimbulkan tekanan psikologi bagi anak"keluhnya.Melihat kondisi tersebut,PSGI meminta agar Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan turun ke lapangan untuk melihat kondisi orang tua maupun anak secara psilokogis.
BATASI PENGGUNAAN MEDSOS.
Selama pandemi Covid-19,masyarakat dianjurkan untuk menjaga kesehatan serta meningkatkan imunitas.Salah satu caranya adalah dengan mengelola stres dan menjauhi informasi-informasi buruk yang sering kali muncul di media sosial (medsos).Dokter Konsulen Psikosomatik Rudi Putranto menjelaskan,masyarakat sebaiknya tetap tenang dalam menanggapi kabar tidak baik di media sosial.Dia menyarankan agar di masa pandemi ini membatasi membaca informasi yang berseliweran di media sosial."Bacanya sekali dua kali saja,maksimal 30 menit dalam sehari.Jangan sebelum tidur"ujar Rudi.Masyarakat juga bisa menanggapinya dengan melakukan aktivitas yang digemari.Mulai membaca,olahraga,berkebun,mendengarkan musik dengan tempo lambat.Itu akan memperbaiki daya tahan tubuh"sebutnya.Selain itu,Rudi meminta agar masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan yakni wajib memakai masker,rajin mencuci tangan dengan sabun,& menjaga jarak serta menjauhi kerumunan.(Di kutip dari Jawa Pos,4 November 2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar