MOJOKERTO KOTA-Mengantisipasi risiko banjir,Pemkot Mojokerto telah menyiagakan 12 unit rumah pompa yang tersebar sejumlah titik.Mesin penyedot air itu disiapkan untuk mempercepat surutnya genangan.Cara serupa juga pernah dilakukan di era kolonial.Secara topografi.Kota Onde-Onde tergolong lebih rendah dibanding daerah di sekitarnya.Di samping itu,wilayah Kota Mojokerto juga dikelilingi oleh sungai-sungai.Sejarawan Mojokerto Ayuhanafiq mengungkapkan,Gemeente atau Pemerintahan Kota (Pemkot) Mojokerto sebenarnya telah melakukan sejumlah upaya untuk mencegah terjadinya banjir.Di antaranya dengan membangun tanggul penahan,terutama di sepanjang Sungai Brangkal dan Brantas.Namun,kata dia,upaya tersebut belum mampu membendung ancaman banjir.Sebab selain faktor alam,perubahan demografi akibat kedatangan penduduk baru juga berdampak terjadinya perubahan lingkungan."Karena lahan berubah fungsi menjadi perumahan,akibatnya area resapan air berkurang"terangnya.Dia menyebutkan,kisaran 1927 silam di Kota Mojokerto mulai berdatangan penduduk berkebangsaan Eropa.Kehadiran warga asing tersebut bertujuan untuk bermukim.Sehingga,bangunan permanen banyak bermunculan di tengah kota.Perubahan fungsi lahan itu yang begitu cepat itu pun tidak membutuhkan waktu lama untuk mendatangkan musibah.Wilayah kota kemudian kerap dilanda bencana banjir.Hingga akhirnya pada 1932 gemeente berupaya merangkul dengan menerapkan sistem patusan atau pengeringan air."Usulan pertama adalah dengan membuat rumah pompa di sisi utara dekat tanggul Brantas"bebernya.Dengan mesin pompa tersebut,maka genangan air dapat dikuras dan dibuang ke Sungai Brantas.Akan tetapi,cara tersebut rupanya belum mampu mengeringkan wilayah kota.Pria yang akrab disapa Yuhan ini menyebut,jika kandasnya penanggulangan banjir itu disebabkan permasalahan anggaran.Sehingga,Pemkot pun memlih cara lain dengan melakukan normalisasi saluran.Sebab,saluran air yang ada saat itu dianggap terlalu dangkal dan kurang lebat.Akibatnya,drainase tersebut tak mampu menampung volume air terjadi dengan intensitas tinggi."Sehingga perlu dilakukan pelebaran dan normalisasi kedalamannya"terang Yuhan.Tak hanya itu,sejumlah saluran sekunder juga dibuat di perkampungan yang mengalir ke saluran utama.Termasuk melakukan pembangunan dalam rangka meningkatkan struktur tanggul sederhana.Setidaknya terdapat empat saluran utama.Masing-masing adalah kanal di Jalan Bhayangkara yang berfungsi untuk mengeringkan daerah di selatan Stasiun Mojokerto.Kemudian juga ada Kanal Jagalan,Kanal Tembakan dan Kanal di sisi Sungai Brantas."Dengan normalisasi tersebut,total luas lahan yang mampu dikeringkan mencapai 256 hektare"pungkasnya.(Dikutip Radar Mojokerto,5 November 2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar