Setelah mati suri sejak Maret,beberapa kawasan wisata kembali dibuka pada Juni 2020.Satuan Tugas/Satgas Penanganan Covid-19 hanya mengizinkan kawasan pariwisata dibuka secara bertahap,yakni dimulai dari aktivitas berbasis ekosistem & konservasi dengan tingkat risiko Covid-19 paling ringan.Pembukaan kawasan wisata tersebut didasari dengan pertimbangan keinginan masyarakat diiringi persiapan terukur oleh Pemerintah Pusat.Salah satu syarat kawasan pariwisata alam diizinkan untuk dibuka adalah berada di Kabupaten/Kota dalam zona hijau & atau zona kuning.Zona lain akan diatur sesuai dengan kesiapan daerah & pengelola kawasan.Kawasan wisata alam tersebut terdiri atas wisata bahari,konservasi perairan,wisata petualangan,taman nasional,taman wisata alam,taman hutan raya,& suaka marga satwa.Kemudian,geopark,pariwisata alam non kawasan konservasi seperti Kebun Raya,kebun binatang,taman safari,desa wisata,& kawasan wisata alam yang dikelola masyarakat."Kawasan pariwisata alam dapat dibuka secara bertahap dengan batasan pengunjung maksimal 50% dari kapasitas normal,"ujar Ketua Satgas Penanganan Covid-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB Doni Monardo.Dia menyatakan,pembukaan kawasan pariwisata alam di 270 kota/kabupaten pada zona hijau dan zona kuning diserahkan kepada wali kota/bupati.Namun,pengambilan keputusan harus melalui proses musyawarah dengan berbagai pihak terkait.Selain itu,pelaksanaan keputusan tersebut wajib melalui tahapan prakondisi,yakni edukasi,sosialisasi dan simulasi.Lebih lanjut,pengelola kawasan pariwisata alam juga harus menyiapkan protokol kesehatan dan manajemen krisis hingga ke tingkat operasional di tiap kawasan serta melakukan monitoring dan evaluasi selama fase prakondisi dan fase implementasi."Selama pandemi masih ada protokol kesehatan wajib dilakukan di mana pun,termasuk di kawasan wisata.Pastikan dulu pengunjugnyanya sehat,tempat wisatanya juga sehat"kata Doni.Staf ahli menteri bidang pengembangan usaha Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif (Kemenparektaf) Dadang Rizki Rahman menegaskan,pelaku pariwisata harus siap menerapkan protokol kesehatan yang ketat di era kebiasaan baru."Perlu meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha pariwisata dalam menerapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (cleanliness,healthy,safety,and envitronmental sustalnability).Itu perlu diterapkan secara disiplin untuk memulihkan kepercayaan publik serta meningkatkan daya tarik wisata"imbuhnya.
KEMBANGKAN WISATA WELLNESS.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreaktif (Kemenparekraf) mengembangkan potensi wisata 'wellness'pada masa pandemi Covid-19.Itu merupakan bentuk wisata baru yang mewadahi minat khusus dengan tujuan menjaga kebugaran tubuh.Direktur Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf K.Candra Negara mengungkapkan,wisata wellness sebenarnya mulai dikembangkan pelaku wisata dan ekonomi kreaktif di Indonesia sejak 2012.Masa adaptasi kebiasaan baru menjadi waktu yang tepat untuk mengembangkan potensi wisata 'wellness' mengingat terjadi pergeseran tren wisata dari wisata dalam jumlah besar ke tren wisata berkualitas."Wisata 'wellness' ini menjadi salah satu sektor pariwisata yang bisa berkembang dengan pesat di masa adaptasi kebiasaan baru.Wisata wellness yang ini punya kaitan yang sangat erat dengan pergeseran tren wisata di tanah air dari 'mass tourism'ke 'quality tourism'.Jadi kita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini dan menciptakan peluang-peluang baru"kata Candra.Pihaknya saat ini juga tengah berusaha membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi krakeif Indonesia di masa adaptasi kebiasaan baru melalui penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE (cleanliness,health,safety and environmental sustainability).Penerapan itu,lanjut Candra,juga harus diterapkan di sektor wisata wellness."Selama masa pandemi,fokus utama bagi pemulihan sektor wellness adalah menerapkan standar prosedur untuk mendukung protokol normal baru,menyiapkan sarana dan prasarana dengan menerapkan protokol CHSE,strategi pemasaran produk dan manajemennya,serta meningkatkan kualitas SDM dalam aktivitasnya"tegasnya.Direktur Wisata Alam,Budaya dan Buatan Kemenparekraf/Baparektaf Alexander Reyaan menuturkan,potensi wisata wellness sangat besar.Hal itu disebabkan Indonesia punya banyak bahan baku yang diperlukan bagi produk wisata wellness."Seperti rempah-rempah dan tanaman obat,lalu obat-obatan tradisional yang berperan besar dalam kelangsungan wisata wellness"jelasnya.(Dikutip Jawa Pos,10 Oktober 2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar