Senin, 10 Februari 2020
Mojokerto Punya Cerita : Media Massa Dari Masa Ke Masa Di Mojokerto;Kemadjoean Hindia Jadi Instrumen Perjuangan
Setiap tanggal 9 Februari diperingati sebagai Hari Pers Nasional/HPN.Di hari yang juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia/PWI itu dijadikan momentum untuk memperingati peran & keberadaan pers di Tanah Air.Di Mojokerto memiliki catatan sejarah tersendiri terhadap keberadaan & peranan jurnalistik.Sejumlah media massa pernah lahir di Bumi Majapahit.Dalam perjalanannya juga mengalami dinamika dari masa ke masa.Baik di era kolonial hingga di masa revolusi yang dijadikan sebagai media perjuangan.Sejarawan Mojokerto,Ayyuhannafiq,mengungkapkan,awal kemunculan media massa seiring dengan tumbuhnya pergerakan kemerdekaan Indonesia tahun 1920-an.Embrionya tak lain berasal dari upaya untuk lepas dari belenggu kolonialisme.Sehingga lahirlah sejumlah media massa berupa surat kabar."Saat itu para tokoh pergerakan banyak menggunakan media cetak sebagai instrumen perjuangan,"terangnya.Di Mojokerto,surat kabar yang muncul di era prakemerdekaan adalah Kemadjoean Hindia.Media Cetak tersebut merupakan pindahan dari Surabaya yang sebelumnya bernama Oetoesan Hindia.Sebuah media cetak yang kala itu menjadi yang terbesar di wilayah regional Jawa Timur/Jatim.Pria yang akrab dipanggil Yuhan ini,menyebutkan lahirnya koran Kemadjoean Hindia bermula pada bulan Januari 1923.Waktu itu,RM Bintarti,mantan Redaksi Oetoesan Hindia,mengajukan izin mendirikan surat kabar kepada pemerintah kolonia.Pengajuan itu disorong bersama Ong Liem Giok,seorang pewarta dari Surabaya.Tentu,izin pendirian media massa tersebut tidaklah mudah.Untuk memuluskannya,maka dalam surat permohonan tersebut jika surat kabar itu bertujuan memajukan masyarakat dalam berbagai bidang."Surat kabar itu diberi nama Kemadjoean Hindia yang akan diterbitkan dari Mojokerto,"tandasnya.Tak hanya sebagai lokasi penerbitan,pusat kegiatan keredasianpun di lakukan di Mojokerto.Yuhan menyebutkan,hal itu tak lepas karena terdapat sejumlah tokoh berpengaruh.Salah satu yang digandeng untuk masuk dijajaran Kemadjoean Hindia adalah tokoh Raden Panji (RP) Soeroso.Selain itu,Wardikoen,Sekretaris Persatuan Pegawai Pekerjaan Umum,yang berkantor di Mojokerto juga turut di ajak.Kedua sosok yang pernah aktif dalam Syarekat Islam/SI itu dinilai mampu membantu menopang usaha pendirian surat kabar itu.pada awal pendiriannya,media cetak Kemadjoean Hindia dinahkodai oleh RP Soeroso selaku pimpinan redaksi/Pemred.DAlam keredaksiannya,tokoh yang kemudian dikukukuhkan sebagai Bapak Koperasi pegawai Negeri ini dibantu oleh Wardikoen,Wondodipo & So Fo Lan sebagai redaktur."Kemadjoean Hindia diterbitkan setiap minggu.Sehingga sebagai surat kabar mingguan,"tandasnya.Dalam perkembangannya,perkembangan surat kabar Kemadjoean Hindia cukup mendapat sambutan dari pembaca.Sebab,berita yang diangkat mengarah pada cita-cita kemerdekaan.Sehingga,media cetak yang berpusat di Mojokerto itu kemudian mengubah dari mingguan menjadi surat kabar harian.Namun,sebut Yuhan,seiring dengan aemakin besarnya perkembangan media yang digawangi oleh RM Bintarti itu membuatnya tak lama di Mojokerto.Tercatat usaha yang dinaungi oleh NV Kemadjoean Hindia itu harus kembali pindah ke Surabaya."Sekitar bulan Oktober 1923 Kemadjoen Hindia dia boyongan dari Mojokerto,"ulasnya.Meski pindah ke Kota Pahlawan,beritanya tetap pada semangat untuk lepas dari penjajah.Bahkan,Kemadjoean Hindia membuat surat kabar tersebut sempat berurusan dengan hukum karena dikatagorikan barhalauan nasionalis radikal yang mempropagandakan pemogokan serikat kerja di Jawa pada kisaran 1923-1927.Akibatnya,Wardikoen harus merasakan pengapnya ruangan dibalik jeruji selama 3 bulan.Kendati demikian,imbuh Yuhan,upaya pembungkaman pemerintah kolonial itu tak menghentikan penerbitan surat kabar tersebut.Media cetak Kemadjoen Hindia itu tak menghentikan penerbitan surat kabar tersebut.Media cetak Kemadjoean Hindia tetap mengorbit hingga tahun 1942."Di masa kependudukan Jepang,beberapa awak medianya bergabung dalam Domei yang nantinya menjadi cikal bakal kantor berita antara,"tandasnya.(Di kutip dari Radar Mojokerto,Jawa Pos,6 Februari 2020).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar