Jumat, 28 Juni 2019
Binrohtal 662 : Kesederhanaan Khalifah Umar Bin Khatab
Saat ngaji usai salat Duhur di masjid Polres Jombang,Kamis (27/6),Pengasuh Pesantren Tebuireng Putri,KH Fahmi Amrullah Hadzik,menjelaskan pentingnya hidup sederhana."Hidup sederhana & apa adanya bagi diri sendiri & keluarga lebih baik daripada menanggung beratnya hisab di hadapan Allah SWT,"tuturnya.Beliau lalu cerita kesederhanaan Khalifah Umar Bin Khatab.Suatu ketika Umar di protes anaknya yang baru pulang sekolah.Abdullah Bin Umar menangis karena diejek temannya.Sebabnya,dia memakai baju penuh tambalan."Walaupun menjadi pemimpin,baju Umar & keluarganya penuh tambalan.Bahkan sampai ada 14 tambalan,"beber Gus Fahmi.Setelah mendengar curhatan putranya,Umar langsung bergegas menuju baitul mal/kas negara untuk meminjam beberapa dinar guna membelikan baju.Karena tidak bertemu pejabat bagian kas negara,ia pun menitipkan surat."Dengan surat ini,perkenankanlah aku meminjam uang kas negara sebanyak 4 dinar sampai akhir bulan,pada awal bulan nanti,gajiku langsung dibayarkan untuk melunasi hutangku,"Setelah pejabat kas negara membaca surat pengajuan uang itu,dikirimlah surat balasan."Wahai Amirul Mukminin Umar Bin Khatab,mantapkah keyakinanmu bisa hidup sebulan lagi,untuk melunasi utangmu,agar kami tidak ragu meminjamkan uang kepadamu.Apa yang Khalifah lakukan terhadap uang kas negara,senadainya meninggal sebelum waktunya?"Selesai membaca surat itu,Umar langsung menangis & berseru kepada anaknya."Hai anakku sungguh aku tidak mampu membelikan baju baru untukmu & berangkatlah sekolah seperti biasanya.Sebab,aku tidak bisa meyakinkan akan pertambahan usiaku sekalipun hanya sesaat,'.Anak itu pun menangis mendengar perkataan ayahnya."Rasa sayang kepada anak tidak boleh mengalahkan rasa takut kepada Allah SWT.Apalagi bagi seorang pemimpin seperti Sayyidina Umar yang lebih memilih hidup sederhana & apa adanya bagi diri & keluarganya daripada menanggung beratnya hisab di hadapan Allah SWT karena rengekan anak,"urai Gus fahmi.Menyayangi anak adalah sesuatu yang manusiawi Umar pun sayang anaknya.Namun tidak sampai membuat Umar lepas kontrol."banyak pemimpin yang memberi kesempatan kepada anak untuk ikut mengatur kepemimpinannya sehingga akhirnya memengaruhi keputusannya seolah-olah anak adalah pemimpin bayangan sehingga menjatuhkan orang tuanya,"pungkasnya.(Di kutip dari Radar Jombang,Jawa Pos,28 Juni 2019).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar