Senin, 22 April 2019

Prasasti Abadi Kartini,Warisan Gagasan Di Benua Biru,Kekal Sebagai Patung Guru


Patung perempuan dalam balutan kebaya & jarit itu membelakangi papan tulis berukuran sedang.Ada angka & tanda hitung yang digoreskan dengan kapur di atas papan itu.Di sudut sebelah kiri papan tulis itu ada alat peraga bergambar papan penyangga & celurit dengan tulisan sor-ri & a-rit.Tidak pernah ada keterangan sah bahwa patung di Tropen Museum,Amsterdam,tersebut adalah RA Kartini."Patung Guru".Demikian nama resmi patung perempuan Jawa yang menghuni sudut paling populer di lantai 1 museum yang berjarak 7 menit naik Trem dari Stasiun Amsterdam tersebut.Peta Jawa Tengah yang tergantung di atas patung & serta koleksi benda & foto-foto dalam etalase dipojok itu menggiring pengunjung ke sana bahwa itu patung Kartini.Apalagi,ada foto hitam putih 3 perempuan Jawa yang oleh banyak sumber sering diklaim sebagai foto Kartini & 2 saudarinya.Juga,buku Door Duisternis tot Licht alias Habis Gelap Terbitlah Terang yang kalimat-kalimatnya sering dikutip di Hari Kartini.Di sudut itu,banyak memorabilia berbau pendidikan Indonesia.Di ujung ruangan,ada layar yang menayangkan film dokumenter tentang aktivitas belajar mengajar di sekolah ber-setting tahun 1930-an.Belajar-mengajar & sekolah.Dua aktifitas itulah yang yang lekat dengan Kartini.Dia mengajarkan keterampilan kepada perempuan disekitar rumah dinas sang ayah.Sepeninggal kartini,,muncul sekolah-sekolah untuk perempuan.Di depan layar yang menayangkan film hitam putih itu,seorang ibu & putrinya asyik menonton.Saya pun mendekati mereka."Menarik sekali mengetahui bahwa pada zaman dahulu alat-alat bantu disekolah sangat sederhana,"kata Mieke Thiel,sang Ibu.Perempuan asal Hamburg itu sengaja mengajak buah hatinya,Linnea,ke Tropen Museum untuk mengenal kebudayaan Indonesia.Menurut dia,penting bagi Linnea mengetahui bahwa dunia ini luas.Bukan hanya Jerman & Eropa."Pendidikan itu sangat penting untuk membuka wawasan kita terhadap dunia,"lanjut Mieke.Di museum yang angka kunjungan rata-rata tiap tahun mencapai 200 ribu pengunjung itulah,ibu & anak perempuannya tersebut mengenal RA Kartini untuk kali pertama.Mereka kagum kepada sosok yang punya wawasan luas & pemikiran melebihi zamannya.Kartini,menurut Meike layak diteladani.Kepada saya,Hanna bercerita bahwa nama Kartini kali pertama terdengar saat masih kuliah di Hamburg,Jerman.Di Eropa,sosok pahlawan emansipasi wanita Indonesia itu memang tidak asing.Korespondensinya dengan sang sahabat,Jacques Hendrij Abendanon mendunia.Di Belanda pun,21 April identik dengan Hari Kartini,Stiching Dian,organisasi perempuan Indonesia di Belanda,menggelar peringatan ke-140.Hari Kartini pada hari ini (20/4).Acara yang dipusatkan di Diemen itu meliputi diskusi,presentasi dan pergelaran tari tradisional.Widya Fitrianingsih,teman saya yang tercatat sebagai mahasiswa doktoral di Universitas Vrije Ansterdam,menjadi pembicara dalam acara diskusi.Iseng-iseng saya meneloponnya arti penting Kartini baginya."Kartini adalah saya yang bebas berpikir"tegasnya.Dalam kungkungan zamannya,Kartini mampu menerawang masa depan perempuan.Tidak hanya menuntut hak untuk mendapatkan pendidikan setara laki-laki,Kartini juga mengajari kaum perempuan agar maksimal menjalankan kewajiban.Di antaranya memasak serta mengurus dan mempercantik rumah.Sungguh,Kartini menjadi bukti bahwa multitasking adalah salah satu keunggulan perempuan.(Dikutip Jawa Pos Jejak Kartini,20 April 2019).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label : KEGIATAN