Hasil penelitian UI,Unair,dan UGM serta Pengujian Jawa Pos membuktikan bahwa banyak garam dapur yang tidak mengandung yodium.Padahal zat itu sangat penting mencegah penyakit gondokSeorang kawan mengirim pesan mengejutkan beberapa waktu lalu.Dalam pesannya,dia menginformasikan bahwa tidak sedikit garam dapur yang beredar di pasaran tak beryodium.Sekalipun dalam kemasannya tertulis garam beryodium.Jawa Pos bergerak untuk menguji keberadaan informasi tersebut.Sebab,garam tak terpisahkan dari kehidupan kita.Saban hari,masyarakat negeri ini bersinggungan dengan garam.Tidak langsung dalam bentuk garam tentunya.Tapi,dalam bentuk makanan.Dan nyaris tidak ada makanan yang kita nikmati setiap hari "terbebas"dari garam.Garam beryodium memang dibutuhkan.Terlebih bagi anak-anak dan ibu hamil.Juga mereka yang tinggal di daerah-daerah yang kadar yodiumnya rendah.Misalnya,wilayah pegunungan kapur."Kekurangan yodium bisa menurunkan kecerdasan,mengakibatkan gondok,dan stunting"terang Aniek kurniawati,ahli gizi Rumah Sakit Angkatan Laut dr Ramelan Surabaya.Yodium merupakan zat gizi esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan sebagian besar organ tubuh.Yodium tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan dan minuman.Garam merupakan "kendaraan"yodium tersebut.Jawa Pos lantas menguji kandungan yodium dalam garam yang ada di pasaran.Jawa Pos mengambil sampel 14 merek garam.Merek-merek itu dipasarkan di Surabaya dan Sidoarjo.Baik di pasar tradisional,toko kelontong,minimarket,maupun supermarket.Ada garam yang berbentuk briket (bata),kasar,dan halus.Semuanya berasal berlabel garam beryodium.Syahdan,hasilnya ternyata seperti pesan yang dikirim kawan tadi.Di antara 14 merek tersebut,delapan mengandung yodium,enam merek lainnya alias 42,85 persen tidak mengandung yodium atau kandungan yodiumnya kurang dari persyaratan,SNI mensyaratkan kandungan yodium dalam garam untuk komsumsi minimal 30 ppm.Dari enam merek itu,ada garam yang berbentuk briket,kasar,dan halus.Bahkan,kandungan tiga di antara enam merek tersebut tak terdeteksi.Ketika diuji,garam tak berubah warna.Padahal,kalau berubah menjadi ungu,itu menunjukkan ada yodium dalam garam tersebut.Semakin pekat warna ungu,kadar yodiumnya semakin tinggi.Jawa pos melakukan tes itu tidak hanya sekali,tapi dua kali.Hasilnya sama.Hasil tes yang dilakukan Jawa Pos ternyata klop dengan hasil penelitian tim gabungan dari Universitas Airlangga,Universitas Gadjah Mada,dan Universitas Indonesia.Mereka meneliti di beberapa kota di Jawa Timur,Jawa Tengah dan Jawa Barat""Temuan di lapangan menunjukkan ada banyak merek garam yang tidak mengandung yodium,Atau,mengandung yodium tapi masih di bawah syarat SNI".ungkap Guru Besar Farmasi Universitas Djoko Agus Purwoko yang mengomandani tim tersebut.Mereka menguji 45 merk garam berlabel garam beryodium yang di pasarkan di Surabaya Raya,meliputi Surabaya,Gresi &Sidoarjo.Garam-garam itu diproduksi di berbagai kota di Indonesia,tidak sekadar berasal dari wilayah Jawa Timur.Hasilnya,26 merk (58%) mengandung yodium lebih dari 30 ppm.sisanya 19 merk (42%) tidak mengandung yodium atau mengandung yodium atau mengandung yodium yang kurang dari 30 ppm.Angka itu menjelaskan bahwa hampir separo garam dengan label yang beryodium yang dipasarkan tersebut ternyata hanya asin,tapi tidak beryodium,"kata Djoko.Hasil penelitian di luar Surabaya Raya pun tak jauh berbeda,bahkan hasilnya lebih mengejutkan.Diantara 45 merek yang diuji,"hanya" 16 merk alias 33 % yang beryodium.Yang 29 merk lainnya (67%) tidak memenuhi syarat.Dengan kata lain,tidak mengandung yodium atau kadar yodiumnya jauh dibawah standar.Garam-garam berlabel yodium yang ternyata tak mengandung yodium itu tidak hanya beredar di Jawa Timur,tapi juga di berbagai kota.Selain merk-merk garam yang diteliti berasal dari berbagai kota di Indonesia,hasil penelitian di wilayah lain yang dilakukan Djoko & timnya menebalkan keyakinan tersebut,misalnya penelitian didua wilayah eks Karesidenan Kedu,Jawa Tengah.Hasil penelitian tersebut menunjukkan hal yang sama : tidak sedikit garam di pasaran yang tak mengandung yodium sekalipun garam itu dikemas dalam label "beryodium".Dari peneliian di 2 wilayah tersebut,didapatkan angka yang sama,yakni 61% merk yang diteliti benar-benar mengandung yodium.Untuk yang 39%,cuma labelnya yang garam beryodium tapi kandungannya tidak ada atau dibawah standar.Masalnya peredaran garam makan atau garam dapur tanpa yodium di sebut Djoko sangat membahayakan."Ini tak ubahnya membuat orang bodoh,jika semakin banyak yang bodoh,jelas itu mengancam masa depan bangsa ini,"ulasnya.
Sigi : Masyarakat Bisa Menguji Sendiri
Sigi ; Di KBBI,sigi berarti menyelidiki dengan teliti sebuah perkara.Rubrik ini,yang akan bergantian dengan Cerita Minggu yang lebih dulu hadir,menyajikan telisik kami tentang sebuah perihal secara mendalam.
Apakah garam yang Anda beli beryodium atau tidak?Anda sebenarnya bisa mudah mengenali & memastikannya,sebab masyarakat bisa menguji sendiri ada tidaknya kandungan yodium dalam garam dapur.Mengujinya cukup menggunakan cairan uji garam beryodium."Ini bisa di dapatkan di apotek,"kata guru besar farmasi Universitas Airlangga Djoko Agus Purwanto.harganya tidak sampai Rp.100 ribu.Kalau berat membelinya sendiri,antar teman bisa urunan/patungan & melakukan tes bersama-sama.Cara mengujinya pun sangat gampang,simpel & sederhana.yang perlu dilakukan cukup mengambil garam setengah sendok teh,lalu teteskan cairan uji garam beryodium ke garam,2 sampai 3 tetes."Amati perubahan warnanya setelah ditetesi cairan uji garam.Jika warnanya berubah ungu atau biru pekat,itu menandakan kadar yodiumnya tinggi,"jelasnya.Sebaliknya,kalau warnanya tidak berubah garam tersebut tidak mengandung yodium.Jika warna ungunya pudar,berarti ada yodiumnya,hanya kadarnya rendah tidak memenuhi persyaratan.Selain dengan langkah tersebut,ada cara lain."Mengujinya dengan pohong/kaspe/singkong,"ujar Aniek Kurniawati,ahli Gizi Rumah Sakit Angakatan laut dr.Ramelan,Surabaya.Caranya juga sangat mudah.Aniek menyebut singkong diparut lebih dulu,kemudian diperas untuk diambil airnya."Nah air itulah yang diteteskan ke garam.Jika berubah menjadi ungu,berarti ada yodiumnya,"jelasnya.Sebagaimana yang disebut Djoko,jika warna ungunya semakin pekat,kadar yodiumnya semakin tinggi.Garam seperti ini layak dikonsumsi.Dengan begitu mudahnya mendeteksi garam beryodium,pemerintah daerah seharusnya memegang peran penting memutus peredaran garam dapur tidak beryodium di pasaran.Pemerintah daerah,baik kota mapun kabupaten,melalui tangan Dinas Perdagangan atau Dinas Pasar bisa menguji garam-garam dapur hendak masuk ke wilayahnya.Jika kadar yodiumnya tidak memenuhi persyaratan,pemerintah daerah harus tegas menolaknya,lebih-lebih terhadap merk yang sama sekali tidak beryodium,"tutur Djoko.Setiap kepala pasar juga harus berani mencantumkan merk-merk garam beryodium di pasar yang di pimpin."Dengan begitu,masyarakat jadi tahu garam merk apa yang layak di konsumsi,jadi jika menemukan merk diluar papan pengumuman,mereka bisa meninggalkannya,"paparnya.
#Cara Menguji Garam#
1.Ambil 1/2 sendok teh garam yang kadar yodiumnya akan diuji
2.Teteskan cairan atau larutan uji garam beryodium 2-3 tetes ke garam yang diuji
3.Amati perubahan warna pada garam yang sudah ditetesi cairan atau larutan tersebut
4.jika tidak berubah warna,berarti garam tidak mengandung yodium
5.Jika berubah ungu,garam itu mengandung yodium.Semakin pekat warna ungunya,kadar yodiumnya semakin tinggi.
(Di kutip dari Head Line Jawa Pos,22 Juli 2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar