Rabu, 29 November 2017

Mojokerto Punya Cerita:Menelusuri Jejak Pasar Pelabuhan Mojokerto,Jadi Pusat Perdagangan Jalur Sungai.

Pasar adalah tempat bertemunya para pedagang dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa,biasanya pasar terdapat di daerah yang memiliki tingkat perekonomian yang cukup maju serta daerah yang memilki sumber daya melimpah.Sebab,pasar juga berfungsi sebagai tempat untuk menjual sekaligus mendaapatkaan berbagai komoditas pangan.Jauh sebelum adanya jalur kereta api,moda transportasi angkutan barang banyak yang mengandalkan jalur sungai.Di Mojokerto,pernah ada pasar Pelabuhan yang berada di seberang Sungai Brantas.Daerah tersebut pernh menjadi pusat perdagangan pada zaman dulu.Pasar Pelabuhan bisa di lihat sepanjang jalan Hayam Wuruk.Di jalan yang berada di sisi sungai ini akan banyak di temukan bangunan-bangunan tua.Sebab,pada masa Kolonial Belanda,kawasan itu memang di jadikan sebagai pabrik gula SF Sentanen Lor.Kemudian di fdepan Gemeentehuis atau sekarang yang digunakan sebagai Rumah Dinas (Rumdin) Walikota Mojokerto,berjajar pertokoan tua yang di lihat dari fisiknya tentu peninggalan dari masa Kolonial.Bangunan itu lah yang dulu di kenal sebagi pasar Pelabuhan.Menurut cerita,bangunan-bangunan itu tidak bisa di bongkar karena penghuninya tidak memiliki dokumen hak milik,baik tanah maupun bangunan di atasnya,sehingga di sebut-sebut menjadi milik Pemerintah karena merupakan bekas pasar.Pemberian nama pasar Pelabuhan tentu tidak mjuncul tanpa dasar.Jika menilik dari lokasinya,wajar kalau di sematkan nama demikian,mengingat pasar pelabuhab berada di tepi Sungai Brantas.Di mana,pada masa lalu sungai tersebut bisa di lalui oleh perahu bahkan kapal sekalipun.Di sekitar lokasi yang sama,juga pernah berdiri beberapa gudang penyimpanan barang.Sebuah gudang besar di bangunn di jalan Letkol Sumarjo atau dekat lokasi kantor BPPKA Kota Mojokerto sekarang.Gudang itu menjadi tempat transit barang yang keluar dan masuknya dari Pelabuhan.Terdapat ada sebuah gudang yang di gunakan untuk menyimpan komoditas garam,lokasinya berada di daerah Suronatan atau tepaat di sebelah timur Rumdin Walikota.Pemilihan lokasi gudang di Suronatan di sebabkan karena dekat dengan Sungai Brantas.Karena sebelum jalur Kereta api di buka pada awal abad ke-20,angkutan barang ke Mojokerto mengandalkan jalur sungai.Gudang garam Suronatan tetap bertahan wlaupun moda transportasi berganti.Beda dengan beberapa daerah yang mendirikan lagi gudang garam di dekat stasiun kereta api (KA),apalagi kemudia ada di buat jalur kereta dari Stasiun Mojokerto ke PG Sentanan Lor yang dekat dengan gudang Suronatan.Dengan begitu kiriman garam dari Surabaya via kereta api bisa masuk ke gudang tersebut.Pada tahun 1857 muali di buat garam dalm bentuk briket atau bata.Garam briket di gunakan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga.Bentuk grosok atau kristal di peruntukkan industri.Harga garam briket saat itu 0,12 gulden dan garam grosok 0,03 gulden.Perbedaan harga yang lumayan menyebabkan pasaran harga garam briket agak seret.Orang lebih memilih memakai garam grosok yang sama asinnya.Bukti lain tentang keberadaan pasar Pelabuhan adalah adanya komunitas Arab di kampung Suronatan.Biasanya,orang Arab mencari lokasi bermukim tidak jauh dari pusat perniagaan.Kebanyakan orang Arab Suronatan memiliki hubungan kekerabatan dengan komunitas Arab di Gresik.Maka pilihan bermukim di Suronatan adalah karena memenuhi unsur yang mereka butuhkan (berdagang).Namun,belum di ketahui pasti kapan pasar tersebut hilang fungsi.Di perkirakan,matinya Pasar Pelabuhan terjadi seiring dengan pembangunan Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto.(Di kutip dari Radar Mojokerto,29 November 2017).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label : KEGIATAN