Tahun ini,Pemkot Mojokerto berencana merombak perwajahan Alun-alun Kota Mojokerto.Recananya,tempat bersejarah tersebut dikembalikan sebagaimana fungsi alun-alun seperti sedia kala.Yaitu,dijadikan sebagai ruang terbuka publik dengan sarana bermain & olahraga.Selain itu,pusat dari Kota Onde-onde tersebut juga kan didirikan paseban.Lantas,bagaimana fungsi dari tanah lapang yang dulu dinamakan Alun-alun Wiraraja itu?Sejarawan Mojokerto Ayyuhannafiq menjelaskan,Alun-alun Wiraraja seiring dengan peralihan nama Kadipaten Japan menjadi Kabupaten Mojokerto pada 1838.Di saat bersamaan,pusat pemerintahan juga berpindah sebelumnya dari Sooko Lor ke lokasi Pendapa Pemkab Mojokerto saat ini."Perpindahan tersebut diikuti dengan penataan fasilitas pemerintahan,"terangnya.Penataan tata ruang tersebut diantaranya berupa pendirian peringgitan atau kediaman Bupati Mojokerto yang kala itu dipimpin Raden Adipati Tjondronegoro.Selain itu,juga dibangun tanah lapang yang dinamakan Alun-alun Wiraaraja serta Masjid Agung Al Fattah yang berada sejajar dengan Pendapa Pemkab Mojokerto.Pria yang akrab dipanggil Yuhan ini menyebutkan,ketiga fasilitas pemerintahan struktur tatanan yang tak bisa dipisahkan.Tak jauh berbeda dengan tata ruang di Kota/Kabupaten di Jawa pada umumnya,Alun-alun Wiraraja pada awal didirikan juga merupakan hamparan tanah yang luas.Sementara tepat ditengah-tenganya ditanam 2 pohon beringin atau masyarakat Mojokerto mengenalnya dengan wringin kurung."Lokasi wringin kurung tersebut tepat berada di tugu Alun-alun saat ini,"ulasnya.Ditilik dari sejarahnya,Alun-alun di Mojokerto sudah ada sejak kerajaan Majapahit.Disebutkan Yuhan,merujuk pada Kitab Babad Songonep,pada suatu ketika Adipati Sumenep bersama rombongan datang untuk menghadap Raja Majapahit.Sebelum diizinkan bertatap muka,para tamu diminta menunggu di depan keraton."Ini menunjukkan bila alun-alun merupakan ruang publik tempat pemimpin berinteraksi dengan rakyatnya,"terang alumnus Universitas Islam Majapahit/Unim ini.Pun demikian dengan kota-kota bekas kerajaan seperti di Jogjakarta & Surakarta.Bahkan,diwilayah tersebut terdapat 2 alun-alun..Masing-masing terletak disisi utara & selatan keraton.Sehingga,keduanya kerap disebut sebagai alun-alun lor & kidul.Penulis buku garis depan pertempuran hizbulloh 1945-1960 menyebutkan,di Alun-alun selatan memiliki akses langsung ke keraton atau pendapa.Sehingga,ditempat itu lah warga bisa mengakses langsung ke keraton atau pendopo.Sehingga,di tempat itulah warga bisa mengakses untuk kediaman raja atau bupati.Baik pegawai pemerintah maupun masyarakat umu,mereka harus m\enunggu dialun-alun untuk sekadar bertemu mapun wadul ke pemimpinnya."Oleh sebab itu,pendapa tersebut kadang juga dinamakan sebagai paseban.Karena sebagai tempat rakyat untuk menghadap pimpinannya,"beber Yuhan.Di sisi lain,dimasa lalu alun-alun juga berfungsi sebagai sarana bermain & olahraga.Karena itu,rutin digelar permainan tradisional pada hari Sabtu & Senin.Sehingga,kegiatan itu dikenal sebagai seton atau senenan."Anak-anak juga bisa bermain di aluun-alun dengan jenis permainan apa saja,"imbuhnya.
------ Berubah Fungsi Jadi Taman------
Sementara itu,selain ikon Kota Onde-onde,Alun-alun Kota Mojokerto juga menjadi saksi sejarah di masa perjuangan maupun perang kemerdekaan.Sejumlah peristiwa besar pernah di gelar di Alun-alun Wiraraja.Ayyuhannafiq menjelaskan,pada zaman kependudukan Jepang,tanah lapang di alun-alun kerap dipadati masyarakat dari penjuru desa & kelurahan.Warga berduyun-duyun ke pusat Kota karena alun-alun sering dijadikan pusat penyiaran radio. Tak hanya itu,di masa revolusi pun tak jarang lokasi tersebut dimanfaatkan para pejuang menggelar rapat umum.Bahkan,sejumlah pahlawan nasional tercatat pernah menginjakkan kaki di Alun-alun Kota Mojokerto."Mulai dari Bung Karno,Bung Tomo,,& tokoh pejuang lainnya pernah hadir berpidato di alun-alun Mojokerto,"terang penulis buku Revousi di Pinggir Kali ini.Alun-alun juga menjadi titik pemberangkatan para pejuang menuju Kota Surabaya untuk merebut kembali kemerdekaan.Berawal dari peristiwa heroik itu,kemudian digelar Gerak Jalan Perjuangan Mojosuro/Mojokerto-Suroboyo dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 November.Di sisi lain,salah satu tetenger sejarah yang masih tersisa adalah teks proklamasi kemerdekaan yang berada di tugu alun-alun.Teks tersebut dibuat pada tahun 1949.Tepatnya menjelang penyerahan kedaulatan dari pemerintah jajahan Belanda pada RI.Sayangnya,nilai historis alun-alun lambat laun kian memudar.Tak lain karena terjadi pergeseran fungsi.Menurutnya,tanah lapang yang semula dijadikan ruang terbuka publik,kini beralih fungsi menjadi taman,Banyaknya pohon & tanaman membuat alun-alun tak lagi bisa dijadikan tempat pertemuan.Apalagi dengan skala yang mendatangkan massa dalam jumlah banyak.Salah satu dampaknya adalah titik start gerak jalan Mojosuro yang beberapa tahun kebelakang tidak lagi dilaksanakan di alun-alun.(Di kutip dari Radar Mojokerto,Jawa Pos,24 September 2020).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar