Sabtu, 29 Agustus 2020

Wanita Tani Olah Kelor Jadi Pendapatan,Hialngkan Kesan Mistis,Diminati Warga Menegah Keatas

 Ide atau kreativitas terkadang muncul dari sesuatu yang biasa dianggap remeh.Termasuk daun kelor yang selama ini kental dengan mistisnya sehingga jarang dimanfaatkan.Namun,ditangan ibu-ibu petani di Kelurahan Pulorejo,kelor justru disulap menjadi produk makanan olahan bernilai ekonomi tinggi.Hingga mampu menambah pundi-pundi rupiah.Berawal dari keresahan ibu-ibu yang aktivitasnya harus terbatasi saat pandemi Covid-19 menyerang.April lalu.Mereka dipaksa berdiam diri di rumah agar wabah penyakit tidak terlalu menyebar luas.Sehingga,kesehatan mereka tetap terjaga tanpa harus terinveksi SARS-CoV-2Namun,kebijakan dari rumah atau work from home/WFH rupanya berefek pada munculnya rasa bosan.Banyak waktu yang justru terbuang percuma akibat pembatasan aktifitas.Namun,pembatasan tersebut yang justru menjadi pelecut keenam ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani/KWT Putri Kencana,Kelurahan Pulorejo,Kecamatan Prajurit Kulon,Kota Mojokerto berinovasi ditengah pandemi.Memanfaatkan kondisi lingkungan sekitar,mereka memberdayakan diri dengan memproduksi makanan olahan & kemasan.Salah satu inovasi dalam produksi mereka adalah memanfaatkan daun kelor yang berserakan didepan rumah.Termasuk kebun kelor program kelorisasi yang kurang termanfaatkan dengan baik atau terbengkalai.Semua itu justru menjadi modal mereka dalam bereksperimen.Di mana,daun kelor yang tumbuh segar dipetik lalu lalu diolah untuk dijadikan produk & makanan kemasan.Berbekal oven untuk pengeringan,blender untuk menghaluskan,hingga plastik klip untuk mengemas,mereka mampu menyulap daun kelor menjadi berbagai macam produk makanan kering.Sebut saja stik,bubuk,teh,hingga kue lapis legit,yang semuanya berbahan baku daun kelor."Dulu awalnya kok tumbuhan ini dibiarkan saja tanpa ada yang memanfaatkan.Karena pas pandemi kemarin ibu-ibu banya dirumah,teus kami coba-coba beberapa produk eh,ternyata banyak yang minat,"tutur Ketua KWT Putri Kencana Fatmawati.Pilihan tumbuhan dari suku Morinaceae ini bukannya tanpa alasan.Di mana,daun kelor kini semakin dikampanyekan sebagai tanaman berkhasiat tinggi dalam mencegah berbagai penyakit.Khsusunya kanker yang sampai saat ini belum ada obatnya.Tidak hanya itu,pilihan kelor juga untuk menghilangkan stigma mistis yang selama ini tersemat."Kelor dulu terkenal untuk memandikan jenasah.padahal kandungan nutrisinya sangat tinggi untuk mencegah penyakit.Mungkin orang hanya tahu jika kelor hanya bisa dibuat sayur bening.padahal bisa dibuat untuk seduhan semacam green tea,"tandasnya.Dalam sekali produksi,6 wanita tersebut mampu menghasilkan 20 hingga 30 pack di setiap produk.Masing-masing produk dihargai dengan nominal berbeda.Sebut saja teh celup dihargai Rp.10 ribu per pack dengan isi 20 biji.Lalu biskuit kering seharga Rp.22.500 & stik kelor juag seharga Rp.10 ribu.Meski mencoba-coba,tetapi produk mereka cukup diminati masyaralat.Khususnya kalangan menengah keatas yang mulai berlatih konsumsi makanan organik."Kami sempat ikut pameran & laku semua,"tambahnya.Untuk skala produksi,Fatmawati mengakui masih sanggup dalam jumlah kecil.Di mana butuh 2 atau tiga hari dalam memproses produk makanan  olahan berbahan dasar kelor.Dengan tenaga kerja yang terbatas sekitar 5 sampai 6 orang.Pun demikian pemasaran produk,masih mengandalkan dunia maya dengan memanfaatkan market place yang tersedia di ponsel."Sementara ini masih lewat online.Dengan sekali produksi bisa nge-save Rp.250 ribu untuk kas,"pungkasnya.(Di kutip dari Radar Mojokerto,Jawa Pos,26 Agustus 2020).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label : KEGIATAN