Minggu, 21 Januari 2018
Upaya Pelestarian Benda Cagar Budaya di Masjid Agung Al-Fattah.
Masjid Agung Al-Fattah memiliki nilai historis tinggi.Sejumlah tinggalan benda cagar budaya masih di pertahankan.Masjid mejalani rehabilitasi berat yang diperkirakan baru rampung pada tahun 2019 mendatang.Bagi warga Kota Mojokerto,Masjid Agung Al-Fattah terbilang barang pusaka.Tempat peribadatan umat Islam itu memiliki kesan mendalam.tak sebatas fungsi peribadatannya,melainkan nilai historis didalamnya.Masjid yang terletak di barat Alun-alun kota Mojokerto ini dibangun era Bupati RAA Kromodjoyo Adinegoro.Tahun ini,praktis Masjid sudah menapaki umur yang ke 141 tahun.Meski berusia ratusan tahun,sejumlah benda & konstruksi awal hingga kini berupaya di pertahankan.Benda cagar budaya yang fenomenal adalah keberadaan soko guru yang berdiri sejak masjid dibangun.Sokoguru berbahan kayu jati yang diprediksi berusia lebih ua dari masjid itu sendiri.4 sokoguru dilengkapi dengan kontruksi kayu pendampingnya.Konstruksi sokoguru dalam rehabilitasi sekarang ini tetap di pertahankan,bedanya seluruh konstruksi sokoguru yang berbahan kayu itu dikerok cat pewarnaya.Seluruhnya dikerok,sehingga sekarang ini terlihat warna kayunya."Sokoguru nanti diplitur saja,sehingga warna asli kayu & seratnya terlihat,"ujar Anjar,arsitek rehabilitasi Masjid Agung Al-fattah.Sekarang ini,sokoguru yang asli sudah dipasang pada bagian tengah masjid,letaknya dinaikkan dari kondisi semula.Namun,konstuksi sokoguru ini menjadi penopang utama.Konstruksi sokoguru dengan kerangka baja berwarna merah.Pengunjung Masjid masih bisa menikmati sokoguru yang asli tapi Masjid kian kukuh denagn konstruksi baja.Selain sokoguru,panitia rehabilitasi Masjid nyatanya menemukan tinggalan cagar budaya lainnya.Tinggalan itu ketika menggali bagian fondasi sokoguru."Ternyata,di bawah sokoguru terdapat 4 umpak berukuran besar dari bahan batu.Umpak itu sekilas berbentuk mirip bunga teratai dengan 8 sudut."Tapi,bahan batu umpak ini masih belum diketahui jenis batu apa.Penemuan batu umpak ini membuktikan dulunya,kerangka sokoguru ini pernah dinaikkan ketika di rehab.Sehingga tidak kelihatan ketika sebelum dibongkar,"beber Anjar.4 batu umpak yang menjadi landasan 4 sokoguru tersebut disepakati untuk di pertahankan.Keempat umpak nantinya ditempatkan pada bagian selasar Masjid.Sehingga,pengunjung juga umat Islam bisa menikmati benda cagar budaya tersebut.Disamping itu,sokoguru & umpak,benda cagar budaya lain yang di pertahankan adalah tongkat ansitu.Tongkat yang biasa di bawa khatib ketika berceramah itu terbuat dari kayu jati berusia ratusan tahun.Tongkat itu setinggi 170 cm.Tongkat itu mengalami patah dibagian atas karena pernah terjatuh.Akibatnya,bagian atas tongkat mengalami keretakan yang lebar.Panitia rehabilitasi setelah meminta pertimbangan Takmir & tokoh tetua Masjid akhirnya merehab pula tongkat ansitu.Tongkat itu akhirnya dipotong dibagian atas.Sekitar 40 cm bagian atas tongkat diubah dengan bagian baru.Bagian itu berupa bagian atas tongkat yang dilapisi aneka batu mulia,ada 4 bagian batu mulia yang di pasang di bagian atas itu."Bagian atas ini batu fosfor.Batu ini bisa menyala ketika kondisi gelap,"sebut Anjar.Batu fosfor berwarna hijau susu itu di bentuk mengerucut bagian atas.batu mulia itu dililit dengan logam kuningan,persis di bawahnya terdapat 3 batu synthetic diamond alias moissanite.Sejenis batu permata sintesis,bentuknya mirip batu permata dipasang menghadap 3 arah.Bagian atas tongkat atas itu buatan perajin asal Sumobito Jombang.Di bawah batu permata sintesis dipasang 5 batu synthetic ruby (merah siam).5 batu ruby ini melambangkan shalat 5 waktu."Yang paling bawah ini batu yellow quartz(citrine).Ini batu mulai asal kalimantan,"beber Anjar.Ketua Takmir Masjid Agung Al-Fattah KH Sholeh Hasan mengatakan,pertimbangan mempertahankan benda & konstruksi cagar budaya itu tak lepas dari amanat dari para sesepuh & pemuka agama setempat.Mereka mengamanatkan agar benda & konstruksi itu di pertahankan kendati Masjid di rehab agar lebih luas & lebar."Wekas sesepuh jangan sampai dihilangkan,karena itu karya Bupati Kromojoyo,"pungkas KH Sholeh.(Di kutip dari Radar Mojokerto,20 Januaru 2018).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar