Senin, 01 Januari 2018
KONTEN NEGATIF:AIS Senjata Baru Pemerintah dan Kemenkominfo Kerja Sama Dengan Plat Forn Media Sosial.
Pemerintah punya senjata baru untuk memerangi konten negatif di internet.Tadi malam (29/12) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) meluncurkan sebuah mesin pengais konten-konten negatif.Mesin tersebut bisa menjaring hal-hal yang dinilai tidak patut di jagat maya.Ditjen Aplikasi Informatika (Aptika) Samuel Abrijani Pangerapan menjelaskan,mesin yang di beri nama AIS itu punya kemampuan jauh diatas sistem yang selama ini dimiliki Kemenkominfo."Tadi sudah didemonstrasikan untuk 1 kata kunci saja,kita bisa menemukan 1,2 juta URL,dimana suspectnya mencapai 900 san ribu,"terangnya.Bandingkan dengan sistem yang selama ini di miliki Kemenkominfo yang baru mampu memblokir 750 ribu situs dalam beberapa tahun.Ini juga kita temukan 120 ribu situs porno.Itu yang berbahasa Indonesia saja,"lanjutnya.sedangkan untuk situs berbahasa Inggris,tidak terhitung lagi jumlahnya.AIS tidak hanya mengejar situs,tapi juga akun media sosial.Cara kerjanya,AIS akan mengais atau menjaring semua situs dan akun media sosial yang mengandung konten sesuai kata kunci yang diinginkan.Dalam sekali mengais,AIS bisa mendapatkan ratusan ribu,bahkan jutaan,situs akun berkonten negatif,bergantung kata kuncinya.Kemudian seluruh situs dan akun diverivikasi secara manual.Itu dilakukan untuk menghindari kesalahan baca mesin,misalnya lengan yang sekilas dalam foto bentuknya mirip alat kelamin.Untuk itu,Ditjen Aptika menyediakan sekitar 58 verivikator yang bekerja dalam 3 shif.Jumlah pastinya tidak disebutkan karena fasilitas maupan verivikator yang dilibatkan harus dirahasiakan.Para verivikator sudah memiliki kemampuan untuk memverivikasi dalam waktu singkat.Tidak perlu hitungan jam.Verivikasi cukup dilakukan dalam hitungan menit,bahkan detik.Situs atau akun yang dinyatakan mengandung konten negatif akan dikirim ke penyedia layanan internet untuk diblokir aksesnya secara masal.Sementara itu,akun-akun yang berkonten negatif akan dilaporkan ke platform masing-masing untuk ditindak.Saat ini Kemeninfo baru bekerja sama dengan 9 patform media sosial.Masing-masing : Google,Facebook,Twitter,Instalgram,Line,Whattsup,BBM dan Bigo.Ke depan,platform lainnnya juga diajak bekerja sama.Meskipun demikian,Kemenkominfo menjamin mesin tersebut tetap menghormati privasi.Untuk akun media sosial.misalnya selama akunnya di set privat,mesin itu tidak akaan bisa masuk.Verivikator juga tidak akan bisa langsung merekomdasikan blokir untuk akun-akun yang hanya sekali dua kali memuat konten negatif,terlebih bila akunnya merupakan akun personal,bukan robot.Namun,bila akun tersebut sejak awal dibuat untuk menyebarkan konten negatif,tidak akan ada ampun."Kami hanya fokus pada konten-konten negatif yang sudah jelas,misalnya pornografi dan judi,"tutur Pak Samuel.Konten lain yang sudah spesifik akan dikais berdasar permintaan.Misalnya,BPOM meminta dicarikan situs penjual obat ilegal,maka mesin akan mencari para tersangkanya.Setelah itu,daftar situs tersebut diserahkan ke BPOM untuk diverivikasi.Sebab,BPOM lebih paham mengenai kriteria legal dan ilegal untuk perdagangan obat.Menkominfo Rudiantara menjelaskan,mesin AIS tidak akan asal mengais konten negatif."Kami hanya mencari konten yang spesifikasinya didasarkan pada Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik)"Ucapnya.Selama kontennya melanggar undang-undang,akan diblokir aksesnya di Indonesia.Pengamat Media Sosial Nukman Luthfie mengatakan,selama ini situs atau website berkonten porno ditangani secara manual oleh tim Kemenkominfo.Selain itu,ada yang berbasis laporan dari masyarakat.Cara seperti itu butuh waktu karena dilaakukan secara manual."Capek pakai orang,"tuturnya.Nah,dengan pemanfaatan crawling,pemantauan berisi konten porno bisa lebih cepat.Selain itu,tekhnologi crawling bisa langsung mengeksekusi pemblokiran situs tersebut.Keunggulan lainnya adalah tekhnologi itu bisa megantisipasi berubahnya uniform resuorce locator (URL) atau alamat situs porno yang telah di blokir.Selama ini sering terjadi,pemblokiran situs porno diikuti perubahan alamat situs baru.Namun,melalui crawling hal tersebut langsung bisa diantisipasi jika situs yang ditutup berupaya mengubah URL-nya.Menurut Pak Nukman,pemblokiran situs-situs berkonten porno bisa langsung dieksekusi,secara otomatis.Sebab,pelanggarnnya sudah jelas menampang konten pornografi.Namun,yang menjadi tantangan adalah pemblokiran situs-situs yang memuat ujaran kebencian atau konten radikal.Untuk konten jenis itu,masih diperlukan laporan dan kajian lebih lanjut sebelum diputuskan di blokir atau tidak.(Di kutip dari Jawa Pos 30 Desember 2017)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar