Kamis, 28 Desember 2017
Mojokerto Punya Cerita:Awal Pembangunan Pusat Kota dan Pemerintahan Mojokerto Serta Hilangnya Wringin Kurung.
Semua kota di Jawa memiliki kemiripan dalam merancang tata kota.Dalam tata kota itu semua dipusatkan pada sebuah lapangan yang disebut alun-alun.Pola tersebut mengacu pada konsep kota Majapahit pada masa lalu.Sementara itu,pada masa lalu hampir semua alun-alun yang ada di pusat kota terdapat pohon beringin atau wringin.Beringin adalah tumbuhan yang memiliki makna khusus bagi orang Jawa.Demikian pula di alun-alun Mojokerto.Dula tertanam 2 pohon beringin besar di tengah tanah lapang itu.Pohon itu dikenal dengan sebutan wringin kurung.Dalam filosofinya,nama wringin berasal dari kata pingin atau ingin.Nama yang disematkan karena pada masa Hindu ada keyakinan orang yang berdoa dibawah wringin akan mudah terkabul keinginannya.Karena itu,wringin juga dikenal sebagai tree whishes atau pohon keinginan dan harapan.Kisah yang terkenal tentang wringin adalah berjalaan melintas wringin kembar dengan mata tertutup di alun-alun di Jogjakarta.Diyakini,hanya orang yang memiliki hati bersih yang bisa melintas jalan antara kedua pohon wringin tersebut.Wringin disamakan dengan kalpataru atau pohon kehidupan yang ada di nirwana.Pada masa Islam,oleh para Wali wringin dipakai sebagai simbol kehidupan berbentuk gunungan dalam pewayangan.Keberadaan beringin di alun-alun atau ruang terbuka di depan kraton sudah ada sejak zaman Majapahit.Nama wringin kurung yang ada di alun-alun Mojokerto dikarenakan terdapat kurungan pagar yang melingkari kedua pohon.Letak pohon itu ada pada tengah lapangan dan berada di sisi kanan dan kiri jalan posisinya membujur dari utara ke selatan,lurus dengan jalan Majapahit.Sehingga,keberadaan wringin kurung ada di antara Masjid Al-Fattah dan Pendopo Kabupaten Mojokerto.Dengan posisi semacam itu,wringin kurung seolah menjadi gapura bagi orang yang masuk ke Mojokerto.Terlebih,kala itu jalan utama transportasi dari arah Surabaya melalui jembatan Terusan.Keberadaan wringin kurung beriringan dengan adanya Kota Mojokerto.Pada masa pemerintahan Bupati Arya Tjandronegoro terjadi pemindahan pusat pemerintahan dari Japan ke Mojokerto sekitar tahun 1838.Lazimnya pemindahan pusat pemerintahan selalu diikuti dengan pembuatan alun-alun dan penanaman biji beringin.Seiring berjalannya waktu,fungsi wringin sebagai tree whishes mungkin sudah memudar.Demikian pula dengan aksi pepe.Tetapi,rindangnya wringin kemudian digunakan sebagai tempat berteduh dan bertemunya orang.Wringin kurung menjadi saksi sebagai peristiwa bersejarah dari masa ke masa.Tentu yang paling dinamis adalah saat terjadinya revolusi kemerdekaan.Banyak pertemuan atau rapat terbuka dilakukan di alun-alun.Tokoh terkenal seperti Soekarno dan Bung Tomo pernah berpidato di sana.Kemudian,pasca kemerdekaan,tepatnya pada akhir tahun 1949 didirikan tugu proklamasi menemani 2 wringin kurung.Tugu dan teks proklamasi kemerdekaan terpahat di marmer itu dinamakan tugu Pengilon yang masih ada sampai saat ini.Belum diketahui pasti kapan hilangnya wringin kurung di alun-alun Mojokerto.Hingga akhir dekada 1960-an kedua pohon itu masih ada di tempatnya.Ada yang mngatakan,bahwa wringin kurung itu mati setelah tersambaar petir.Pada lokasi bekas wringin kurung itu kemudian didirikan tugu yang seperti kita saksikan saat ini.(Di kutip dari Radar Mojokerto,27 Desember 2017).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar