Rehab berat Masjid Agung Al-Fattah Kota Mojokerto diarsiteki Anjar Syamsul Anwar.Pria berusia 42 tahun ini kerap terlibat dalam pembangunan tempaat Ibadaah seperti Masjid Agung Trenggalek,bangunan Menara Raja Kristus di timor-Timur,hingga Gdereja di Ambon.Pria berperawakan kecil kurus ini berhasil ditemui dilokasi rehabilitasi kemarin siang.Sehari-hari pria yang yang tinggal di Surabaya ini selalu memeriksa perkembangan pekerjaan dilokasi.Ditemani Sekretaris Panitia Pembangunan Masjid Agung Al-Fattah,Pak Chairil Anwar,Anjar bercerita pengalamannya terlihat dalam arsitektur tempat ibadaah.Pengalaman mengarsitek pembangunan tempat peribadatan itu membawa kesan tersendiri bagi Anjar.Lebih-lebih dirinya yang muslim terlibat dalam pembangunan tempat ibadah non muslim.Saya teringat arsitek Majid Istiqlal Jakarta yang ternyata yang ternyata non muslim,tapi berhasil membangun Masjid dengan arsitektur yang megah.Disamping itu sekitar tahun tahun 2007-2009 Anjar juga terlibat dalam pengarsitekturan masjid,tepatnya Masjid Agung Kabupaten Trenggalek.Masjid yang berada didekat alun-alun Trenggalek itu direhab pulaa,gaya arsitektur Jawa berupa Joglo Limasan.Memang kerja arsitektur ini seperti kerja tim.Intinya dimana berpijak disitu kontekstual lingkungan dan masyarakat wajib diangkat,tandasnya.Anjar dipercaya sebagai arsitektur kegiatan rehabilitasi Masjid Anung Al-Fattah tak membuat Anjar enak-enakan,dirinya mengaku melibatkan banyak pihak untuk urun rembug dalam pembangunan tersebut,lebih-lebih masjid yang direhabilitasi ini juga merupakan bangunan bersejarah.Selain itu juga telah lekat dihatu masyarakat kota Mojokerto.Anjar mengaku Masjid yang memiliki nilai historis tinggi ini layak dipertahaankan,maksudnya mulai struktur,kontruksi,bahan-bahan yang digunakan hingga ornamen yang punya simbol dan nilai tertentu tetap digunakan,seperti halnya kontruksi "soko guru' yang masih asli itu tetap dipakai,tapi sebagai ornamen catnya dikorek agar warna asli kayunya menonjol.Soal soko guru saat ini 4 penyangga utama bagian tengah masjid itu sudah dirobohkan,penyangga itu dibiarkan utuh.Catnya dikerok sehingga kelihatan warna pohon jati asli,coklat gelap.Diameternya besar tapi panjangnya tidak sampai 20 meter,hanya 12 meter lebih,juga ada sambungannya,telitinya.Selain itu penggunaan simbol dan nilai seni dalam struktur,kontruksi,bahan baku,hingga ornamen juga dipertahankan secara umum gaya arsitektur kebudaayaan Jawa masih kental dipakai,dimana struktur kontruksi Joglo Limasan menjdi karaakter yang paling menonjol.Hanya saja struktur utama bangunan sekarang ini kita gunakan unsur baja dengan tekhnologi tinggi.Bahan baku yang digunakn sebagai umpak lantai dan kaca dibuat secara khusus.Ornamen yang menjadi penghias Masjid inipun dibuat dengan karakter tertentu dimana karakter Jawa dan budaya Islam masih kental,seperti kubah nanti bergaya mbawang,ini seperti pada penggunaan jendela kaca yang memakai seni kaca patri,sambung Anjar.Sekretaris Panitia rehabilitasi Masjid Agung Al-Fattah Choirul Anwar menyampaikan Masjid memiliki nilai sejarah tinggi,dibangun tahun 1877 oleh Bupati Ersadan alias Kromojoyo Adinegoro II.Sejumlah konstruksi asli seperti soko guru tetap dipertahankaan,tapi sebagai ornamen ditambahkan Pak Anwar gaya bangunan Masjid Agung yang dibangun Bupati Ersadan memiliki kekhasan yakni Joglo Limasan,Dibagian atas atap selalu diberi ornamen khusus berbahan kuningan,kemudian kontruksi tempat adzan persis diatas lantai setinggi beberapa meter.Ornaamen dan tempat adzan akan kita pertahankan juga,ini agar anak cucu warga Kota Mojokerto mengetahui nilai sejarah Masjid Agung Al-Fattah,tambah Pak Choiril Anwar.(Dikutip dari Radar Mojokerto,12 Agustus 2017).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar